Senin, 14 November 2011

Indonesia Negara Penuh Potensi

Bangsa dan negara kita mempunyai banyak potensi, dan semuanya adalah sesuatu yang sebenarnya ada di dalam hati dan diri kita, Namun seberapa dalam kotoran hati menenggelamkanya adalah sesuatu yang berbeda-beda di tiap individu seorang Indonesia seperti kita. Mari sadari potensi diri kita, Bangsa kita, Negara kita...Indonesia.

Quote:
Disini saya hadirkan beberapa percakapan antara :

A ---> Aku seorang Indonesia
B ---> Bangsa Asing (yang ingin mengetahui Indonesia)


Jatidiri Bangsa Indonesia...Mari kita Pertahankan/Wujudkan kembali.
Quote:
Negara yang kaya
B : Apa yang menarik dari Negara Indonesia ?
A : Sesuatu yang membuat para penjajah bertahan 350 tahun,
dimana setiap harinya teman mereka tertusuk sebatang bambu di perutnya.
Quote:
Semangat persatuan
B : Bagaimana aku bisa membayangkan perjuangan pahlawan Indonesia?
A : Bayangkan jutaan rayap kecil di rumah yang kokoh, saat kau mengusirnya,
keesokan harinya akan muncul yang lebih banyak, dan saat kau membiarkannya,
saat itu kau kehilangan salah satu rumahmu.
Quote:
Kepahlawanan yang berani
B : Benarkah para pahlawan Indonesia adalah pemberani ?
A : Bisakah kau berlari menghindari peluru yang ditembakkan dari senapan?
Jika kau tak bisa, maukah kau berlari ke arah senapan dengan menggemgam sebatang pedang?
Quote:
Negara yang merdeka
B : Apakah kemerdekaan Indonesia sangat berarti bagi kalian ?
A : Saat pejuang tersenyum dalam kematiannya, mereka berpesan: "kematianku adalah kemerdekaan anak istriku suatu saat nanti",
adakah yang lebih berarti dari itu ?
Quote:
Bangsa yang ramah
B : Bagaimana aku berkomunikasi dengan seorang Indonesia dimana aku belum pernah mengenalnya?
A : saat kau tersenyum menatap wajah mereka dan menundukan kepalamu, saat itu juga mereka adalah teman mu.
Quote:
keanekaragaman makhluk hidup
B : jelaskan tentang makhluk hidup yang ada di Indonesia?
A : Bayangkan 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil, 17%burung, 25% ikan yang ada di dunia hidup dan berada di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Dunia.
Quote:
Bangsa yang bermoral
B : Akan kah kalian Indonesia ingin menjadi negara terkaya di Dunia?
A : Jika kami menjual 1700 pulau yang ada disini, dimana di setiap pulaunya sangat mungkin kau menemukan tambang berharga,
mungkin kami bisa memakai jahitan permata di tubuh kami, namun tubuh kami semua ini tidak akan sebanding dengan 1 pulau penuh kenangan,
Jadi untuk apa penutup yang lebih berharga dengan apa yang di tutupinya.
Quote:
Populasi yang besar
B : Seberapa banyak penduduk yang ada di Indonesia?
A : Saat kau berbuat kasar kepada kami, saat itu kau bersiap menghadapi 3.4% dari seluruh penduduk dunia.
Quote:
Rela berkorban
B : Apa yang kalian lakukan kepada orang yang lebih tua?
A : Sewaktu aku duduk dalam bus yang penuh, Seorang Ibu Tua datang,dan akupun memberikan tempat dudukku kepadanya,
aku berusaha mengalah, Dia tersenyum lalu membiarkan kedua anaknya duduk dan dia berdiri disampingku.
Quote:
Gotong royong
B : Apakah kerjasama diantara kalian terjaga dengan erat ?
A : Bangunlah sebuah rumah di desa-desa kami, maka calon tetanggamu akan bertanya : "Ada yang bisa kami bantu ?" dengan senyumnya yang polos
Quote:
Tenggang rasa
B : Apa arti tenggang rasa diantara kalian ?
A : Saat kau tiba-tiba mati disini sebagai orang yang tak dikenal, Aku pastikan Kamu akan mendapatkan pemakaman yang layak.
Quote:
Bahasa Indonesia
B : Apa arti Bahasa Indonesia di mata kalian?
A : Bahasa yang akan berusaha menyatukan minimal 200 juta jiwa manusia.
Quote:
Kaya akan etnis
B : Aku ingin mengetahui tentang seluruh etnis di Indonesia?
A : Kau sedikitnya harus mengenal 300 etnis di Indonesia, dan butuh seumur hidupmu untuk memahaminya.
Quote:
Bangsa yang beragama
B : Agama apa saja yang ada di Indonesia?
A : Bukan jenisnya yang perlu kau ketahui, tapi ajarannya. Dimana Indonesia adalah negara yang beragama,
dimana seluruh agamanya mengajarkan kebenaran.

Quote:
Warisan busana yang kreatif
B : Bagaimana keunggulan busana di Indonesia?
A : Jika kau pernah mengenal batik, berarti kau pernah ingin mengenakannya.
Quote:
Warisan Arsitektur yang megah
B : Adakah bangunan yang kalian banggakan?
A : Orang yang tidak memasukan Candi Borobudur sebagai keajaiban dunia
adalah seseorang yang belum pernah melihatnya secara langsung.
Quote:
Warisan seni musik yang berharga
B : Apakah musik tradisional Indonesia begitu beragam ?
A : Setiap 33 propinsi di indonesia mempunyai satu musik tradisional, setiap orang yang memainkanya mempunyai gaya yang berbeda-beda,
dan setiap daerah memiliki karakteristik alat musik yang berbeda-beda juga.
Quote:
Kesadaran
B : Mengapa banyak orang miskin di Indonesia?
A : Disaat senyuman para petinggi bangsa adalah senyuman yang damai , saya yakin ... kami semua bisa bangkit.
Quote:
Sesuatu yang tidak terlupakan
A : Mengapa kamu banyak tanya ?, Ayo silahkan datang ke negara kami, Indonesia

dengan senyum B menjawab...

B : Aku takut tak akan mampu meninggalkanya...
Quote:
Kesimpulan :
Mari kita bentuk suatu prinsip yang kuat dan maju dimana kita telah mempunyai banyak potensi di indonesia ini. Indonesia telah memberi banyak sesuatu kepada kita, Sekarang giliran kita memberi sesuatu kepada nya...dengan membangunya, mengembangkanya, mempertahankanya, serta mencintainya. Kembangkan berbagai sektor, pendidikan dan teknologi.

mari kita sebagai calon penerus bangsa seyogyaX qt bjuang teruz melanjutkan cita-cita para pahlawan terdahulu untuk merdeka,,,
untuk saat ini mari berpreang melwan kebodohan,,dengan belajra yang tekun n sering2lh untuk membaca .. .
"negara yang maju adala negara yang menghargai akan pentingnya sejarah di negara tersebut"


Sumber  : http://networkedblogs.com/pSWY7

10 Misteri Dunia Yang Belum Terpecahkan Sampai Sekarang

Ada banyak kejadian aneh dan misterius yang tak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Secara ilmiah sulit diurai, mungkin hanya lewat supranatura. Artikel ini bukan dimaksud membahas hal-hal klenik, tapi kejadian-kejadian ini sungguh terjadi dan sampai sekarang tak mampu dijelaskan sebab musababnya. Bahkan FBI yang telah turun tangan pun ‘menyerah’ dan masuk dalam ‘X Files’.

Berikut 10 kejadian aneh dan misterius dari berbagai pelosok dunia seperti dilansir oleh Imagereptile:

1.Rumah Hantu The Amityville
Anda pernah nonton film horror Amityville House? Tahukah Film yang diangkat dari novel horror karangan George dan Kathy Lutz, begitu menyeramkan ketika ditayangkan di layar lebar. Tapi tahukah anda kalau sebenarnya semua kejadian horror itu adalah kisah nyata. George dan Kathy menulisnya dalam novel berdasarkan kejadian sebenarnya yang kemudian diangkat ke layar lebar. Orang percaya bahwa penulis sebenarnya adalah orang yang mengalami kejadian tersebut.

Kisah rumah berhantu itu terungkap tahun 1975 ketika pasangan suami istri pindah ke sebuah rumah di Amityville, New York. Pasangan baru pindah ini tidak tahu kalau rumah itu pada 13 tahun sebelumnya pernah terjadi pembantaian mengerikan. Putra pemilik rumah telah menembak mati semua keluarganya yang berjumlah enam orang. Saat ditangkap, dia mengaku, membunuh karena suruhan suara yang mendengung di kepalanya.

Tapi anehnya, keenam korban di temukan tertelungkup di tempat tidur mereka. Mereka tampak tidur tenang, tidak ada tanda kalau mereka sebelumnya minum obat penenang. Ini memang menjadi misteri yang aneh. Sementara pelaku Ronald DeFeo dijebloskan ke penjara di New York dan mendekam di sana sampai mati.

Kembali ke soal keluarga baru pindah ke rumah horror itu. Selama 28 hari di sana, banyak kejadian misterius dan mengerikan dialami pasangan ini. Bukan hanya soal bau busuk yg tiba-tiba datang, atau suara gedebak-gedebuk yang bising, tapi juga serangan fisik yang tidak diketahui siapa pelakunya. Malah salah satu anggota keluarga melihat penampakan sosok menyeramkan dengan mata merah berpijar. Kathy menemukan sebuah ruang kecil, anjing tidak mau mendekat ke sana. Ada apakah?

2.Misteri Kematian Mary Reeser
Ini kejadian luar biasa yang sampai kini tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat. Mary Reeser, lahir pada 1881, ditemukan hampir seluruh badannya hangus dilahap api di rumahnya di Florida pada 1951. Tapi anehnya, meski seluruh tubuhnya gosong, kaki kirinya mulus tanpa cacat sedikitpun. Ini tentu sangat mustahil.

Lebih aneh lagi, sepertinya api hanya menyasar tubuh Mary Reseer saja. Karena ruangan di sekitarnya tempat dia ditemukan, sama sekali tidak terbakar.. Padahal diperkirakan suhu api begitu tinggi sama dengan kremasi mayat, dan harusnya menyambar ke seluruh ruangan bukan hanya tubuh wanita itu..
FBI telah datang untuk melakukan penyelidikan, forensic pun ikut ambil bagian dalam kasus itu, tapi tidak bisas memecahkan kenapa bisa terjadi demikian.

“Saya merasa sulit percaya hal ini. Tubuh manusia yang terbakar dengan suhu tinggi, bisa menyisakan kaki yang mulus tak terbakar sedikitpun. Apa sebenarnya yang terjadi pada malam 1 Juli 1951 itu? Ini sungguh suatu misteri. Seharusnya seluruh ruangan ini hangus terbakar. Ini adalah hal paling luar biasa yang pernah saya lihat. Rambutnya pendek dengan wajah seperti orang ketakutan amat sangat. Saya merasa seperti tinggal di abad pertengahan, di mana orang banyak bicara tentang sihir dan black magic,” ungkap Profesor Krogman dari University of Pennsylvania’s School of Medicine. Ia mengaku tak mampu menjelaskan misteri ini.

3.Misteri Jejak Setan Gentayangan di Devon
The Devil’s Footprints adalah nama yang diberikan untuk sebuah fenomena yang aneh terjadi di Devon, Inggris pada tanggal 8 Februari 1855. Setelah salju yg turun di malam hari, keesokannya muncul jejak-jejak di salju berukuran 1,5 inc (4 cm) dan lebar 2,5 inc (6,35 cm). Jejak-jejak itu bertebaran di seluruh desa. Bukan hanya itu jejak -jejak itu juga ada di atap bahkan di dinding bangunan yang tinggi. Penduduk desa menjadi geger dan tak mengerti fenomena apa itu. Karena tak jelas, orang pun mulai berpikir tentang makhluk aneh bahkan setan yang gentayangan di desa mereka. Itu sebabnya muncul istilah Devil’s Footprint.**

4. Misteri Zana ‘Manusia Purba’
Kejadian aneh ini terjadi pada abad pertengahan, sekitar abad 18. Ochamchir, seorang pemburu di wilayah Georgia ketika itu masih masuk dalam salah satu provinsi di Rusia. Pemburu ini menangkap seorang perempuan liar di mana lengan, kaki dan jari ditutupi rambut tebal. Perempuan aneh ini diberi nama Zana. Karena liarnya, untuk menjinakkannya pada awalnya dia terpaksa harus dikurung selama bertahun-tahun dengan makanan yang dilemparkan kepadanya. Setelah ia jinak, barulah Zana dibebaskan dan diajari mengerjakan hal-hal ringan. Seperti menggiling jagung, dll.

Uniknya, Zana memiliki daya tahan tubuh yang tinggi lebih dari manusia biasa. Dia tahan pada cuaca dingin luar biasa, namun dia tidak tahan pada udara hangat dalam ruangan. Dia sangat suka makan buah anggur dan tanaman menjalar. Dia adalah peminum berat dan bisa tidur berjam-jam. Yang anehnya, dia bisamemiliki banyak anak dengan ayah yang berbeda-beda. Tapi kebanyakan anak-anaknya tewas karena Zana memandikan mereka di sungai dingin yang hampir beku.

Penduduk desa khawatir dengan ulah aneh Zana, dan mereka pun mengambil anak-anaknya menjauhi ibunya. Anak-anak Zana tidak seperti ibunya, mereka berkembang seperti manusia biasa dan mereka juga telah diangkat anak oleh beberapa penduduk desa. Zana meninggal di desa itu tahun 1890.Sedang anak bungsunya meninggal 1954.

Kisah ini merupakan hasil penelitian Professor Porchnev yang mewawancarai orang-orangtua di desa itu. Zana juga memiliki banyak cucu. Mereka berkulit gelap. Salah satunya adalah Shalikula, ia memiliki mulut yang kuat sehingga ia dapat mengangkat sebuah kursi dengan seorang lelaki duduk di atasnya.

Penelitian tentang Zana menghasilkan dugaan kalau wanita aneh itu merupakan bentuk evolusi manusia yang belum sepenuhnya berubah menjadi manusia modern. ***

5. Misteri Wanita Penyebar Gas
The Mad Gasser dari Mattoon adalah nama yang diberikan kepada orang berada di balik serangkaian serangan gas yang terjadi di Botetourt County, Virginia, pada awal tahun 1930an, dan di Mattoon, Illinois, pada pertengahan tahun 1940-an.Kejadian pertama terjadi di rumah Cal Huffman, di Haymakertown, Botetourt County, di mana terdapat tiga serangan dilaporkan selama satu malam.

Sekitar 10:00 pada 22 Desember 1933, Ibu Huffman melaporkan bau bau yang tidak biasa, dan dengan mengatasi rasa mual. Bau yang mual dan kembali lagi sekitar 10:30, Cal Huffman kemudian menghubungi polisi. Ketiga serangan terjadi sekitar 1:00, saat itu serangan gas memenuhi seluruh rumah. Delapan anggota keluarga Huffman menjadikorban bersama dengan Ashby Henderson, seorang tamu tinggal di rumah.

Berikutnya yang tercatat di Cloverdale insiden terjadi pada 24 Desember. Clarence Hall, istrinya, dan dua anak-anak mereka baru pulang dari gereja 9:00 Mereka pun lemas. Polisi menyelidiki kasus ini, menemukan paku yang diambil dari belakang jendela, di mana bau gas sangat keras. Diduga, lubang itu digunakan untuk memasukkan gas ke dalam rumah itu.

Kejadian ketiga pada 27 Desember, di mana penduduk Troutville, A. Kelly dan ibunya dilaporkan memiliki gejala sama seperti kasus Huffman dan Hall. Insiden keempat dan kelima terjadi pada 10 Januari, ketika Mrs Moore, seorang tamu di rumah penduduk Haymakertown Homer Hylton melaporkan mendengar suara di luar, sebelum gas dimasukkan ke rumah mereka lewat jendela yang rusak. Kedua serangan malam yang dilaporkan dalam Troutville, di rumah Kinzie G..

Sedikitnya 10 kasus lain yang dilaporkan di Botetourt dan dalam 10 tahun kemudian, lebih dari 20 kasus baru dilaporkan di Mattoon. Salah satu saksi mengatakan, dia melihat pelaku penyebar gas ity adalah seperti seorang wanita bertubuh tinggi kurus, berpakaian seperti seorang laki-laki namun jejak kakinya milik seorang perempuan.**

6.Misteri Lampu Hantu di Bridgewater Triangle
Bridgewater Triangle merupakan wilayah sekitar 200 mil persegi (520 km2) di tenggara Massachusetts, Amerika Serikat. Sejak masa colonial, daerah itu dikenal sebagai daerah yang memiliki kekuatan misterius yang sulit dijelaskan. Berbagai laporan tentang daerah itu sempat dicatat di antaran tentang fenomena Poltergeists dan orbs, bola api yang tiba tiba jatuh di sana juga fenomena hantu.

Rumors yang beredar tentang penampakan ‘bigfoot’, ular raksasa, burung raksasa, serta ditemukan banyak sisa sisa potongan ternak, dll. Polisi juga wartawan telah berusaha mengungkap kejadian-kejadian aneh di sana.
Area itu menjadi amat sangat misterius dan tak tersentuh sehingga dijuluki Hockomock Swamp, yang berarti ” jiwa dwell”, atau penduduk setempat menyebutnya sebagai “The Devil’s Swamp” .

Salah satu fenomena yang terkenal terjadi di daerah itu adalah munculnya cahaya berkelap-kelip dari rawa-rawa di sekitar situ. Orang menyebut kelap kelip itu sebagai lampu hantu yang biasanya terlihat di daerah berawa.
Fenomena lampu hantu it u terus muncul di sekitar Bridgewater Triangle. Lampu aneh itu juga muncul setiap Januari di sekitar rel kereta yg melintasi daerah itu.

7. The Clapham Wood Mystery
The Clapham Wood Mystery adalah nama yang diberikan terkait dengan peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi di Clapham Wood, West Sussex, Inggris. Peristiwa-peristiwa itu merupakan laporan dari warga setempat yang mengalami fenomena aneh itu. Misalnya, hewan peliharaan keluarga yang hilang tiba-tiba atau orang yang tiba-tiba meninggal tanpa sebab.

Sejak 1960 dilaporkan di kawasan itu sempat terlihat adanya benda terbang aneh (UFO?), juga masyarakat yang tiba tiba merasa suatu yang aneh dan gaib. Jalur yang dilaporkan misterius adalah jalur menuju hutan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa daerah itu memiliki tingkat radiasi tinggi.

Laporan ini mengejutkan, karena daerah tersebut merupakan daerah kapur yang biasanya rendah radiasi.
Dalam foto, pada awalnya masih terlihat pohon-pohon tinggi dan besar. Namun akibat ‘depresi’ pohon-pohon itu mati. Kini sangat sulit mencari pohon pohon besar di sana.

Dilaporkan ada empat kematian misterius di dekat hutan. Pertama Juni 1972 dimana seorang polisi, Peter Goldsmith hilang saat hiking di daerah itu. Tubuhnya telah menemukan 6 bulan kemudian. Kematian yang kedua adalah dari Leon Foster, tubuh yang telah ditemukan pada Agustus 1975, setelah 3 bulan hilang.

Yang ketiga adalah kematian dari Reverend Harry Neil Snelling, mantan wakil dari Clapham. Dia menghilang pada Oktober 1978 dan tubuhnya tidak ditemukan sampai 3 tahun kemudian. Kasus-kasus di Clapham ini hingga kini tak terungkap.

8. Mysteri Rumah Hantu Summerwind
Summerwind Mansion, sebelumnya dikenal sebagai Lamont Mansion, merupakan gudang di pantai Barat Teluk Vilas di Lake County, North East Wisconsin. Daerah itu merupakan salah satu daerah paling angker di Wisconsin. Kondisinya kini kumuh dan telantar. Hal ini karena pernah terjadi kebakaran hebat di daerah itu yang nyaris memusnahkan semua gedung di sana.

Summerwind pada awalnya dibangun pada awal abad ke-20 sebagai mes para nelayan. Pada 1916 telah dibeli oleh Robert P. Lamont, yang bekerja sebagai arsitek di perusahaan Tallmadge and Watson. Kemudian dia merenovasi gedung itu dan tinggal di sana. Namun sebelumnya ia sudah diperingatkan bahwa gedung itu angker.

Tapi dia tidak percaya sampai kemudian dia sendiri bertemu dengan ‘penunggu’ rumah itu. Kejadian itu terjadi era 1930, Lamont melihat penampakan hantu di dapur rumahnya, membuat dia terbirit birit meninggalkan rumahnya itu.
Setelah kepergian Lamont, rumah itu dibiarkan kosong dan terbengkalai.

Tahun 1970-an, pasangan suami istri, Arnold dan Ginger Hinshaw membeli rumah itu dan tinggal bersama empat anaknya. Sejak mulau tinggal, keluarga ini kerap diganggu berbagai hal aneh.

Hinshaws melaporkan sejumlah kejadian aneh, mulai dari bayangan yang bergerak dari bawah ke atas dengan suara pelan dan berhenti ketika mereka masuk ke kamar, atau jendela yang tiba-tiba terbuka sendiri. Mereka melaporkan beberapa kali melihat hantu wanita di sekitar ruang makan.

Mungkin karena stress, dalam waktu enam bulan setelah pindah ke Summerwind, Arnold jatuh sakit dan Ginger , istrinya, mencoba bunuh diri. Akhirnya Arnold masuk rumah sakit, sedang Ginger pindah dengan orang tuanya di Granton, Wisconsin.

Pada bulan Juni 1988, Summerwind beberapa kali terkena petir yang memicu munculnya api dan membakar rumah. Sehingga banyak bagian gedung itu rusak parah. Yang anehnya, petir menyambar berkali-kali, padahal di sekitarnya banyak pohon tinggi melebihi gedung itu tapi sama sekali tidak ikut tersambar.
Saat ini gedung itu tak berbentuk lagi hanya menyisakan fondasi rumah yang tak terawatt.

9.Hopkinsville Goblins: Munculnya Makhluk Aneh Bercahaya
Kasus Hopkinsville Goblins dikenal sebagai kasus teraneh dalam sejarah benda-benda terbang yang pernah ada. Kasus ini terdokumentasi dengn baik. Kasus ini terjadi di dekat kota antara Kelly dan Hopkinsville, Kentucky, pada 21 Agustus 1955 malam hingga pagi.

Bermunculan benda terbang aneh dalam tempo yang lama, ada banyak saksi yang melihatnya. ” Beberapa sakisi mata mengatakan, benda-benda itu terbang terlihat beberapa jam, memanjang sepanjang malam hingga pagi. Mereka melihat penampakan makhluk-makhluk bercahaya yang tingginya tiga kaki. Saksi melihat lengannya mengeluarkan api yang ditembakkan ke atas.

Pada malam 21 Agustus, 1955, Billy Ray Taylor mengundang teman-temannya gi untuk makan malam. Ketika menengok ke atas, mereka melihat ada cahaya aneh di langit sebelah barat. Kelompok ini juga melihat makhluk terang tingginya setengah kaki berkepala besar, telinga lebar dan mata bercahaya. Tangannya mengeluarkan api.

Makhluk itu mendekati rumah Taylor sampai berjarak 20 kaki. Orang-orang yang melihat mengambil senapan dan bersiap-siap menggunakannya. Namun makhluk itu kemudian melarikan diri kea rah kegelapan malam.
Setelah itu, semua anggota keluarga berulang kali melihat penampakan makhluk itu yang sepertinya bergerak menuju rumah mereka. Ini memang cerita aneh. Untuk lebih jelas anda bisa membaca artikel lengkapnya di Wikipedia.

10. Manusia Kadal dari Scape Ore Swamp
Kasus ini terjadi di kawasan berawa di daerah Lee Country, Carolina Selatan. Makhluk aneh yang digambarkan memiliki tinggi 7 feed atau lebih dari 2 meter, berbadan tegap dengan kulit yang bersisik berwarna hijau muncul di sana. Matanya menyeramkan sebesar jeruk glowing. Makhluk itu memiliki tiga jari pada tangan dan kakinya. Orang menyebutnya makhluk kadal dari rawa.

Laporan pertama tentang keberadaan mahluk itu disampaikan oleh Christopher Davis, 17 tahun, penduduk setempat. Ia mengatakan, makhluk yang ditemui saat berkendara melewati perbatasan Scape Ore Swamp. Kebetulan saat itu mobilnya mengalami masalah sehingga ia terpaksa berhenti untuk ganti ban. Ketika ia selesai ganti ban, dia mendengar suara berisik di belakangnya.

Saat berpaling, betapa terkejutnya dia melihat mahluk aneh tampak berjalan menuju dirinya. Davis mengaku, makhluk itu mencoba menyerang mobilnya, dengan melompat di atas atap mobil. David berusaha kabur . Sampai di rumah, di lihatnya kaca spion mobinya telah hancur, kerusakan juga pada atap mobil.

Beberapa bulan yang sama, muncul laporan hampir senada dengan kasus David. Dilaporkan, mahluk itu mirip kadal raksasa berada di dekat rawa. Sebagian besar laporkan mengatakan kejadiannya sekitar 3 mil atau 5 km dari Bishopville atau di sekitar dari rawa-rawa. Dua bulan kejadian, beberapa polisi melakukan penyelidikan dan ditemukan jejak kaki berukuran 14 inc panjangnya.

Lalu polisi mengirim laporran itu ke FBI untuk ditelusuri lebih lanjut. Namun analisa menemui jalan buntu, hingga sekarang tak jelas, makhluk apakah yang berperawakan mirip kadal itu.
UTS METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH
Nama             : Andreas P.
Nim/Kelas   : 094284036/b
Jurusan       : Pendidika Sejarah 2009

1.       Apa beda antara kritik intern dan ekstern ? Terangkan cara untuk membuktikan keduanya !
2.      Gambarkan secara singkat mengajar teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Louis Gatschalk ( Bab VIII ) kemudian komentari langkah tersebut menurut Saudara!
3.      Bagaimana cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan pada usaha mengerti masyarakat dan hubungannya dengan generalisasi sosial ( hal 184 ). Beri contoh pada kasus Indonesia !
4.      Coba terangkan intisari metode sejarah setelah itu buatlah proposal penelitian sejarah!
Jawaban

1.      Beda Kritik Ekstern dan Kritik Intern
Verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Hal ini juga harus di uji adalah untuk memperoleh keabsahan tentang keaslian sumber (otentitas) yang dilakukan melalui kritik Ekstern; dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern.
Keaslian Sumber (Otensitas)
            Peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber fisik. Otensitas semua itu minimal dapat di uji berdasarkan lima pertanyaan pokok sebagai berikut :
1.      Kapan sumber itu di buat?
2.      Di mana sumber itu di buat?
3.      Siapa yang membuat?
4.      Dari bahan apa sumber itu di buat?
5.      Apakah sumber itu dalam bentuk asli?
Perubahan atau pengurangan terhadap teks memang biasa terjadi pada teks yang telah mengalami penurunan atau penyaduran berkali-kali, maka peneliti harus berusaha membandingkan pelbagai copy satu sama lain. Dalam banyak hal teks asli dapat direstorasi secara mendekati atau secara lengkap. Dalam hal itu pula peneliti sejarah harus berusaha untuk menetapkan copy mana yang paling mendekati kepada yang asli dalam aspek waktunya
Kesahihan Sumber (kreadibilitas)
Selain menyangkut keaslian sumber sejarah (otentisitas), kritik juga menyinggung persoalan kesahihan dari satu sumber sejarah (kredibilitas). Sebagaimana mengutip pernyataan Gilbert J. Garraghan, dalam Dudung Abdurahman (1999: 61), ia menyatakan bahwa kekeliruan saksi sejarah yang menyangkut sahih tidaknya suatu sumber sejarah ditumbulkan oleh dua faktor utama: Pertama, kekeliruan dalam sumber informasi yang terjadi dalam usaha menjelaskan, menginterpretasikan, atau menarik kesimpulan dari suatu sumber. Kedua, kekeliruan dalam sumber formal. Penyebabnya adalah kekeliruan yang disengaja terhadap kesaksian yang pada mulanya penuh kepercayaan; detail kesaksian tidak dapat dipercaya; dan para saksi terbukti tidak mampu menyampaikan kesaksiannya secara sehat, cermat, dan jujur (Garraghan, 1957: 232).

2.      mengajar teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Louis Gatschalk
·         Mahasiswa yang akan mempelajari sejarah sebaiknya mengetahui alasan-alasan untuk mempelajari sejarah terlebih dahulu.
·         Mahasiswa diberi pemahaman bahwa sejarah juga merupakan metode yang digunakan untuk menemukan peninggalan dan saksi mengenai sesuatu episode sejarah yang kita ajukan pertanyaan, mengumpulkan semua bukti yang relevan, dan untuk menilai bukti itu guna sampai kepada jawaban yang dapat dipercaya.
·         Dalam mempelajari sejarah, sebaiknya mahasiswa didorong untuk ingin tahu. Lebih baik mencari tahu apa yang ingin mahasiswa tahu daripada pertanyaan-pertanyaan yang dunia ingin tahu.
·         Mahasiswa sebaiknya dibantu dalam memilih subjek. Untuk keperluan mengajarkan metode sejarah, maka semakin pasti dan konkrit suatu subjek, semakin baik. Untuk keperluan mengajarkan metode sejarah, maka semakin pasti dan konkrit subjek, semakin baik
·         Mahasiswa harus menyimpan di dalam kepalanya jenis bibiografi dan meminta nasihat dari ahli untuk mengembangkan kebiasaan referensi lain seperti bantuan staf perpustakaan
·         Pengajar metode sejarah sebaiknya berpretensi dan menyuruh mahasiswa berpretensi seolah-olah ia adalah editor sebuah majalah sejarah.
·         Mahasiswa sebaiknya meghindari langgam yang terlalu dibuat-buat dan dalam membuat karangan jangan terlalu panjang-lebar mengenai proses penulisan sejarah. Selain itu juga, sejarawan harusnya merancang artikel atau babnya sehingga ia mempunyai gambaran apa yang menjadi bagian awal, tengah, dan akhir.

KOMENTAR
                        Langkah-langkah yang diajarkan Gatschalk sudah cukup bagus,karena runtutan yang diajarkan sudah jelas dan mahasiswa selayaknya melakukan langkah tersebuk sebelum melakukan penulisan sejarah,karena dengan melakukan langkah tersebut akan menghasilkan sbuah tulisan yang bagus,runtu,dan jelas akan hasilnya.

3.      cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan pada usaha mengerti masyarakat dan hubungannya dengan generalisasi sosial ( hal 184 )
            Cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan pada usaha mengerti masyarakat dan hubungannya dengan generalisasi sosial adalah dengan jalan menemukan kontradiksi-kontradiksi dan perkecualian dalam generalisasi-generalisasi ilmu social dan ilmu lainnya.

Contoh           :

CONTOH KASUS MENGENAI MASALAH SOSIAL

Masalah sosial memang banyak kita temui dewasa ini, bahkan sejak dulu kasus ini tidak pernah selesai dan malah berdampak dan mempengaruhi ke aspek lainnya.
sebagai contoh disini saya akan membahas salah satu contoh masalah sosial yang dapat kita temui di dalam masayarakat kita, yaitu pengangguran
saat ini di Indonesia sendiri jumlah pengangguran kita adalah 9,25 juta, dan jumlah nya 60% tertinggi di Asean, ini merupakan fakta terkini di awal 2011. yah memang, dengan jumlah yang sebegitu besar pasti akan mempengaruhi pergerakan negara, dan perkembangan negara. dan itu akan menjadi masalah sosial yang susah untuk diselesaikan.
Sebelumnya kita lihat dulu faktor-faktor apa saja yang membuat pengangguran begitu besar di Indonesia, seperti kita tahu ini memang turun-temurun dalam arti dan contoh kalau orang tua mereka bekerja maka anak akan memiliki pendidikan yang tinggi sampai mempunyai ilmu dan skill untuk bekerja, nah sebaliknya sekarang ini banyak orang yang sudah pengangguran dan tidak bisa membiayai ana mereka untuk bersekolah maka anak mereka tidak mempunyai ilmu dan skill sehingga anak mereka pun akan menjadi pengangguran nantinya.
jadi faktor yang utama adalah pendidikan, masyarakat kita masih banyak yan menduakan persoalan ini, mereka lebih mementingkan urusan perut dan ketimbang menyekolahi anak mereka, biasanya ini ada di kalangan menengah ke bawah. jadi mereka tidak memikirkan jangka panjang untuk nasib mereka ke depan, tetapi mereka hanya memikirkan nasib mereka hari ini saja. nah dampak dari pengangguran bisa sangat buruk sekali di lingkungan, seperti, karena mereka tidak mempunyai pekerjaan sedangkan mempunyai anak yang membutuhkan makan dan susu maka tindak kejahatan pun akan dekat dengan mereka, mereka akan menggunakan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan mereka, akhirnya bisa saja mereka mencuri,menodong,merampok dan tindak kejahatan lainnya yang merugika orang lain. itu cuma karena penganguran saja.
nah jalan keluar dari permasalahan ini adalah kita harus masuk kedalam ,jadi maksudnya jika memang Indonesia tidak menginginkan pengangguran yang berdampak banyak ke dalam segala aspek,maka kita harus mulai mewujudkannya, seperti pemerintah lakukan pembebasan sekolah,karena dengan sikap ini akan berdampak jangka panjang,anak-anak yang bersekolah itu dimasa depan akan memajukkan negara juga dan tidak akan menjadi penganuran karena mempunyai cukup ilmu dan skill untuk terjun bermasyarkat. jadi mumpung sekarang mempuyai kebutuhan yang lebih penting untuk apa membuat kolam berenang yang menghabiskan miliaran bahkan triliunan hanya untuk mengentartaining mereka para wakil rakyat yang tidak memenuhi hak rakyat.

4.      Proposal Penelitian Sejarah


KERAJAAN ARUNGKEKE ABAD XVII
A.    Latar Belakang
Sebelum kedatangan bangsa Eropa terutama Belanda di Sulawesi Selatan, pemerintahan setiap daerah berbentuk kerajaan dan di perintah oleh seorang raja di setiap kerajaan yang ada pada waktu itu. Pada kelompok kerajaan yang berlatar etnis Makassar, melalui literatur sejarah, relatif hanya memperkenalkan tentang Kerajaan Gowa dan Tallo sebagai pioner kerajaan Makassar. Adpun kerajaan-kerajaan lainnya yang termasuk kerajaan ketegori kerajaan kecil bahkan pernah menjadi wilayah pemerintah bagian dari kerajaan besar Gowa-Tallo tidak lagi dikenal. Kerajaan seperti Labakkang di Pangkejene dan kepulauan, Tanrilili, Simbang dan Marusu di Maros, Kerajaan Bantaeng, dan kerajaan lokal di Takalar. Demikian halnya di Jeneponto yang mempunyai banyak kerajaan-kerajaan lokal seperti Garassi, Bangkala, Binamu, Tarowang, Sapanang, Arungkeke dan lain-lain, justru tenggelam di bawah kebesaran nama Kerajaan Gowa-Tallo.
Riwayat beserta catatan sejarah kerajaan-kerajaan (Wanua) tersebut pada masa kini praktis hanya di kenal melalui suguhan informasi yang sangat kurang bahkan dapat dikatakan sangat minim. Padahal, pada sisi lain setiap kerajaan dalam skala kekuasaan sekecil apapun pasti memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, demikian halnya dengan daerah Jeneponto yang pada masa lampau merupakan sebuah kerajaan. Pastilah kerajaan ini mempunyai keunikan dan eksotisme sejarah dan budaya tersendiri yang sepatutnya mendapat ruang historis yang wajar.
Jeneponto atau lazim disebut Turatea dahulu adalah sebuah Kerajaan Makassar yang memiliki sistem pemerintahan tersendiri, yang didalamnya terhimpun enam kerajaan lokal (Palili) yaitu Garassi, Bangkala, Binamu, Arungkeke, Tarowang dan Sapanang serta 16 kampung atau domain ( Caldwell dan Bouges, 204 dalam Hadrawi 2008:8). Kemudian disisi lain Jeneponto beserta seluruh kerajaan-kerajaan lokalnya memiliki sejarah awal kemunculannya menjadi sebuah kerajaan serta perjalanannya hingga berinteraksi dengan agama Islam.

Umumnya pada abad ke-XVII selain Arungkeke pada abad ini pula terdapat beberapa kerajaan yang eksis, diantaranya kerajaan Gowa, Balanipa (Mandar), Sanrobone (Takalar), Bulo-bulo (Sinjai), Binamu (Jeneponto), dan Suppa. Kerajaan Arungkeke merupakan kerajaan didaerah Turatea yang eksis pada abad ke-XVII, dimana secara geografis, Arungkeke terletak di pesisir pantai selatan Sulawesi Selatan. Wilayah Kerajaan Arungkeke diapit oleh dua Wanua, yaitu Palajau di sebelah barat dan Togo-Togo di sebelah timur. Dahulu bentuk pemerintahan di Butta Turatea, berbentuk pemerintahan “Kare” (Tompo, 2001:6). Sekarang ini wilayah Arungkeke merupakan sebuah daerah kecamatan dalam pemerintah Kabupaten Jeneponto. Didaerah ini mempunyai nilai-nilai historis masa lalu yang sangat tinggi serta nilai budaya siri na pacce masih dijaga. Didaerah ini juga menjunjung tinggi adat istiadat dari leluhurnya. Salah satu contohnya yakni tradisi adengka aselolo atau pesta panen yang diadakan di Balla Lompoa atau istana Arungkeke.
Sebagai salah satu kerajaan yang ada didaerah Jeneponto dahulu, Kerajaan Arungkeke mempunyai peranan yang cukup strategis dalam menentukan dan menciftakan suasana kondusif di wilayah kekuasaannya. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, yang memungkinkan kerajaan ini disegani. Disamping itu dari catatan silsilah raja-raja Arungkeke, kebangsawan serta kekerabatan raja-rajanya punya hubungan dengan kerajaan di sekitar wilayah Turatea juga punya hubungan dengan kerajaan-kerajaan diluar. Diantaranya dapat dilihat dari silsilah Arungkeke, dimana terdapat integrasi kebangsawanannya dengan Tarowang dan Boengoeng, Karaeng Tarowang bernama Patta Dulung Aroeng Areoojoeng yang menikah dengan Maryam Daeng Rawang Karaeng Rawang dan melahirkan lia orang anak (Hadrawi, 2008:68-69).
Thalib (2010: 1-2) mengemukakan stratifikasi sosial masyarakat di daerah Arungkeke dimasa lalu yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Berikut susunan strata sosialnya:
1.      Karaeng tugasnya adalah menjalankan pemerintah pemerintahan kerajaan, perdana mentri.
Ketika kita berbicara mengenai sejarah kenegaraan atau asal-usul institusi sosial masyarakat itu berawal dari suatu kontrak sosial dan perjanjian pemerintahan dengan rakyat. Dari pihak pemerintah diwakili oleh Tumanurung. Sehubungan dengan perjanjian antara pemerintah dengan rakyat dapat diungkap pada kutipan Prof. Dr. Hamid Abdullah (1991:80-81):
“bahwasanya engkau telah angkat kami sebagai rajamu, kami bersabda dan engkau tunduk patuh, kami adalah angin dan engkau adalah daun kayu”, “bahwasanya kami telah mengangkat engkau raja kami, engkau adalah raja dan kami adalah hamba rakyat tuanku, kami tidak akan tertikam oleh senjatamu dan engkau tidak akan tertikam oleh senjata kami”. “bahwasanya  kami mempertuan engkau, hanya pribadi kami, bukan harta benda kami”. “raja tidak akan memutuskan hal-ikhwal didalam negeri jika Gallarrang tidak hadir, dan Gallarrang tidak akan mengambil keputusan soal perang, jika raja tidak hadir”.
Begitulah perjanjian pemerintah atau kontrak sosial antara penguasa dan rakyat. Dalam perjanjian itu telah digariskan dengan jelas hak seorang penguasa atau raja dan kewajiban rakyat terhadap rajanya. Berdasar dari kutipan diatas, yang merupakan suatu perjanjian antara raja dengan rakyat, maka tertutuplah kemungkinan minculnya suatu golongan yang mempunyai kekuatan mutlak dan kemungkinan akan mempraktikkan sistem kekuasaan atau sistem politik.
Di Sulawesi Selatan akan kita jumpai banyak gelar untuk raja, antara lain datu, Batara, Tomanurung, Karaeng, Arung dan sebagainya. Jadi tidak mengherankan karena di Sulawesi Selatan terdapat banyak kerajaan pada masa lalu. Di Butta Turatea sendiri pada umumnya mereka menyebut pemimpin mereka dengan gelar “Karaeng”.(abdullah, 1991:30).
Kerajaan Arungkeke merupakan kerajaan yang berdiri sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, daerah-daerah di Nusantara ini khususnya di Sulawesi Selatan masih berbentuk kerajaan-kerajaan. Sehingga tidaklah mwngherankan jikalau pelopor-pelopor atau tokoh-tokoh yang akan memimpin suatu kerajaan adalah berdasarkan garis keturunan atau ahli waris dari kerajaan itu sendiri. Telah menjadi anggapan umum masyarakat tradisional Sulawesi Selatan dimasa lampau, bahwa raja-raja dan cikal bakal raja yang memerintah adalah titisan darah dari Tumanurung, seperti yang dikemukakan Mattulada (1998:27) bahwa:
Kisah Tumanurung itu merupakan awal terbentuknya kerajaan-kerajaan lokal di Sulawesi Selatan. Pada masa pemerintahan Tomanurung inilah Sulawesi selatan mengalami perkembangan kemasyarakatan, kenegaraan dan kepemimpinan bidang-bidang kehidupan politik, ekonomi dan sosial yang memulai kecenderungan spesialisasi fungsi-fungsi dan peranan-peranannya.
Sehingga Tumanurung ini harus disegani dan dipatuhi sebagai manusia pembawa ketentraman. Kehadiaran Tomanurung dipercaya berasal dari Kayangan(tempat dewata) yang turun ke bumi untuk memerintah di Buttaya (kerajaan). Kehadiran Tomanurung dimaksudkan untuk bertindak sebagai juru selamat, menciftakan ketertiban, kedamaian dan kesejahteraan umat manusia (Sewang, 2005:155). Di beberapa daerah di Indonesia taredapat cerita yang bersumber dari historiografi tradisional tentang asal usul daerah tersebut, didalam sumber-sumber tersebut misalnya diceritakan bahwa sebelum terbentuknya suatu tatanan kehidupan yang teratur dalam daerah tersebut, keadaan krisis atau serba tidak menentu. Dalam keadaan yang demikian, maka sang Dewa menurunkan utusannya untuk memperbaiki keadaan krisis, utusan dewa tersebut kemudian menikah dengan wanita ataupun sebaliknya yang ada didaerah tersebut, dimana setelah turunnya utusan dewa, kemudian keadaan didaerah itu menjadi baik dan mulailah tersusun suatu pemerintahan atau kerajaan. Hasil perkawinan antar utusan Dewa dengan wanita yang dinikahinya ini kemudian menjadi pewaris atau silsilah penguasa kerajaan, dalam masyarakat Sulawesi Selatan cerita tersebut merupakan mitos Tumanurung (Mulyana, 2009:2).
Seperti halnya di Kerajaan Arungkeke, mitos Tumanurung masih di percaya bahwa sejarah Kerajaan Arungkeke diawali dengan munculnya wanita cantik (uru-urua) yang tidak diketahui asal-usul keberadaannya serta kematiannya tidak diketahui oleh masyarakat, jadi kuburannya pun tidak ada, sehingga masyarakat pada waktu itu menyebutnya Tumanurung (Manusia yangturun dari Khayangan). Toalu’ Daeng Taba’ turun di Kerajaan Arungkeke, tepatnya di bawah pohon Asam, dia ditemani oleh pengawal dan budaknya. Tumanurung ini memakai baju, Mahkota dari emas. Disamping itu ada juga peralatan yang dibawanya, antara lain Lesung, Alu dan beberapa perhiasan. Saat ia muncul ia menggunakan Lesung dan Alu dibawah pohon Asam, maka dari itu pelantikan raja Arungkeke dilakukan dibawah pohon asam sambil di ayun, disaat pelantikan itulah suara gendang dan alat-aalat musik lainnya yang berusia ratusan tahun diperdengarkan. Suara alat musik ini dikenal dengan nama Ganrang Talluna Arungkeke (Al-Maruzy, 2010:2).
Arungkeke juga sebuah kerajaan yang besar sama seperti Binamu, Bangkala dan Tarowang, dengan raja pertamanya yaitu seorang Tumanurung yang diberi gelar Ratu atau Karaeng Baine Toalu’ Daeng atau Karaeng Taba Karaeng Arungkeke. Kerajaan ini diperhitungkan kebesarannya khususnya di wilayah Turatea dan umumnya di wilayah Sulawesi Selatan sebagai kerajaan lokal dengan daerah kekuasaannya antara lain, meliputi Palajau, Bulo-bulo, Arungkeke Tamanroya, Arungkeke Pallantikang, Pettang dan satu kerajaan palili’ yaitu kerajaan Bungeng. Dalam konteks kerajaan lokal di Turatea, Arungkeke merupakan sebuah kerajaan yang memiliki wilayah pemerintahan tersendiri, situasi ini terjadi pada awal abad munculnya Arungkeke sebagai sebuah kerajaan (Hadrawi, 2008:68).
Namun pada perkembangannya, yaitu pada akhir abad ke-XVII, Arungkeke mengalami perubahan status sebagai kerajaan yang bernaung di bawah Binamu, sebagai domain atau daerah istimewa. Walaupun pada saat itu, kerajaan Arungkeke tidak bersedia ikut atau tunduk, sperti yang dikemukakan oleh karim (40) bahwa:
Pada waktu ada perubahan, bahwa Kerajaan Binamu akan dijadikan kerajaan besar, Kerajaan Arungkeke tidak mau ikut dibawah naungan Kerajaan Binamu. Berdaulat selama satu tahun dan selanjutnya rakyat Arungkeke baru mau bersatu karena keinginannya mau juga mendirikan kerajaan besar.
Berbicara mengenai Kerajaan Arungkeke ini, penulis merasa terpanggil untuk mengkaji secara ilmiah lebih dalam lagi, selain itu kabupaten Jeneponto yang dikenal juga sebagai Bumi Turatea memiliki banyak catatan sejarah yang belum dikaji dan diungkap secara ilmiah. Sehingga perlu adanya upaya-upaya yang mengarah kepada pengkajian sejarah masa lampau kabupaten Jeneponto secara umum, dan terkhusus kepada Kerajaan Arungkeke.
B.     Rumusan Masalah
1.         Pernyataan Masalah
Berdasar dari deskripsi singkat pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, denganmengacu pada judul penelitian ini, maka yang menjadi permasalahan pokok adalah Kerajaan Arungkeke Abad XVII. Permasalahan akan lebih terspesifikasi dalam sub masalah sebagai berikut:
a.       Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Kerajaan Arungkeke pada abad XVII ?
b.      Bagaimana cara pengangkatan Raja Arungkeke pada Abad XVII ?
c.       Bagaimana sistem pemerintahan Kerajaan Arungkeke abad XVII ?
d.      Bagaimana hubungan antara Kerajaan Arungkeke dengan kerajaan-kerajaan lain pada Abad XVII ?
2.         Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka ruang lingkup permasalahan dibatasi baik secara tematis, spasial maupn temporal. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa cakupan masalah dalam penelitian ini sangat kompleks dan agar penelitian ini lebih terfokus pada titik persoalan sehingga dapat menjawab substansi permasalahan secara memadai.
Secara spasial, pembahasan Penelitian ini dilakukan di kabupaten Jeneponto, tepatnya di Kecamatan Arungkeke yang dahulunya merupakan berdiri Kerajaan Arungkeke, namun tidak menutup kemungkinan daerah-daerah lain yang ada disekitar Kabupaten Jeneponto, juga dijadikan lokasi penelitian guna memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai objek kajian ini.
Secara tematis, sesuai dengan pernayataam masalah, maka fokus penelitian ini adalah Kerajaan Arungkeke Abad XVII. Pembahasan ini akan dimulai dengan latar belakang berdirinya Kerajaan Arungkeke, kemudian membahas mengenai cara pengangkatan rajanya, kemudian dilanjut dengan bagaimana sistem pemerintahannya, kajian terakhir membahas mengenai hubungan Kerajaan Arungkeke dengan kerajaan-kerajaan lain pada Abad XVII.
Sedangkan batasan temporalnya pada abad XVII, dimanapada masa ini merupakan awal berdirinya Kerajaan Arungkeke dan sekaligus masa kejayaan kerajaan Arungkeke sampai akhir abad XVII. Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa ini, dipedomani sampai kerajaan ini menjadi domain dari Kerajaan Binamu.
3.         Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, makatujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalaha sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui  proses terbentuknya Kerajaan Arungkeke pada abad XVII.
2.    Untuk mengetahui cara pengangkatan Raja Arungkeke abad XVII.
3.    Untuk mengetahui sistem pemerintahan Kerajaan Arungkeke abad XVII.
4.    Untuk mengetahui hubungan kerajaan Arungkeke dengan kerajaan-kerajaan lain pada Abad XVII.
C.    Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian dan penulisan skripsi adalah :
1.         Memperkaya khasanah penulisan Sejarah Nasional, khususnya Sejarah lokal Sulawesi Selatan dan lebih sfesifik lagi sejarah daerah kabupaten Jeneponto.
2.         Menambah referensi tentang penulisan karya yang erat kaitannya dengan pengkajian sejarh masa lampau kabupaten Jeneponto, yang berkaitan dengan sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah ada di daerah tersebut.
3.         Diharapkan hasil penelitian ani dapat dijadikan bahan referensi bagi penulisan selanjutnya dalam mengkaji yang relevan mengenai kerajaan Arungkeke.
4.         Memberikan kesadaran kepada pihak birokrasi bahwa pembangunan bukan hanya dilakukan bukan hanya bentuk fisik melainkan juga dapat diwujudkan dengan lebih meningkatkan penghasilan karya-karya yang akan dikenang sepanjang zaman termasuk hasil tulisan ilmiah.

D.    Tinjauan Pustaka
1.      Penelitian Sebelumnya
Tinjauan  pustaka dalam suatu kegiatan ataupun laporan penelitian dimaksudkan sebagai telaah pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut Mestika 2004 (Ardi,2007 : 12). “ penelusuran pustaka terutama dimaksudkan sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian dan proposal guna memperoleh informasi penelitian yang sejenis, memperdalam kajian teoritis atau memperdalam kajian metodologi”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tinjauan pustaka dapat berfungsi sebagai pendukung, penguat, maupun pembenaran terhadap data yang ditemukan. Sejumlah teori yang dipaparkan juga bermaanfaat sebagai alat pengurai untuk membedah setiap persoalan yang pada gilirannya ditemukan solusinya.
Mengenai masalah Kerajaan Arungkeke Abad ke XVII, belum banyak dikemukakan atau ditulis dalam bentuk buku oleh para peneliti sebelumnya “ Laporan tentang Nuansa Sejarah Kuno Jeneponto: kajian berdasarkan Lontara yabng ditulis oleh Muhlis Hadrawi,SS,M.Hum, 2008 hanya membahas mengenai kemunculan kerajaan-kerajaan lokal yang pernah ada di Turatea Jeneponto secara umum, adapun Kerajaan Arungkeke didalamnya dibahas terlebih hanya pada silsilah kebangsawanannya ataupun hubungan geologinya denan kerajaan lain yang ada di daerah Jeneponto dan sekitarnya kemudian sepintas membahas tentang kemunculan sebagai kerajaan lokal di Jeneponto.
Karangan Mp Karim Dg.Liwang dalam bukunya yang berjudul “ Silsilah Sejarah Budaya Turatea Jeneponto Sulawesi Sealatan Sipaka Singaraki Lontarak Bilangta” membahas tentang kemunculan Arungkeke sebagai kerajaan pada abad XVII yaitu sekitar tahun 1600.
Penulisan selanjutnya yakni dari Andi Zainuddin S. Tompo, 2001 dalam bukunya berjudul “Tiga Ungkapan Sejarah Turatea” hanya membahas terlebih kepada pemerintahan Kerajaan Binamu yang nantinya akan menjadikan Arumgkeke sebagai Domain (daerah istimewa). Namun yang membahas tentang Kerajaan Arungkeke secara khusus, baik dari sistem pemerintahannya, latar belakang berdirinya, hubungannya dengan kerajaan-kerajaan lain dalam hal politik belum terlihat sehingga dalam penulisan skripsi ini merupakan hal pertama dilakukan.
2.      Sekilas Tentang Wilayah Arungkeke
Membahas tentang Turatea, pada dasarnya adalah berbicara menganai toponim-toponim kerajaan lokal, diaman toponim tersebut, sekarang ini berlokasi di wilayah Kabupaten Jeneponto. Kerajaan lokal itu mempunyai sistem pemerintahan, wilayah, komunitas, beserta tradisi tersendiri. Adapun toponim-toponim kerajaan kuno Turatea seperti; Bangkala, kalimporo’, Garassi, Binamu, Layu, Sapanang, Tarowang, Sidenre dan Arungkeke.
Turatea adalah sebuah kerajaan yang beretnis Makassar yang memiliki sistem pemerintahan sendiri (Hadrawi, 2008:8). Salah satu keunikan Jeneponto pada beberapa kerajaan lokal ada yang mempunyai mitologi tersendiri perihal munculnya raja pertama atau lazim disebut Tumanurung.Mitos-mitos tomanurunga itu mempunyai formula-formula cerita yang unik yang menjadi karakter penceritaan setiap daerah. Tentu saja mite-mite seperti itu mengandung nuansa sejarah dan budaya yang amat penting dalam memberikan kita pemahaman terhadap Jeneponto. Demikian halnya cara berpikr, pandangan hidup dan gairah batin masyarakat Jeneponto pada masa lampau.
Dalam sejarahnya, Jeneponto berada dalam lintas politik tiga kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yaitu Luwu, kemudian Gowa dan yang terakhir Bone. Pengaruh tiga kerajaan tersebut semakin memberi warna Jeneponto dalam perjalanan sejarah dan budayanya disamping tetap memperlihatkan identitas lokalnya yang khas. Kata Jeneponto adalah sebuah nama yang baru muncul pada abad XIX dan munculnya nama tersebut sangat terkait dengankepentingan administrative pemerintahan kolonial di wilayah Selatan Sulawesi Selatan.
Situasi di wilayah Jeneponto sebagaiman kita saksikan pada masa kini dalam peta dengan gambaran yang ada pada beberapa abad silam terutama abad XVI-XVII sangatlah berbeda. Wilyah-wilayah yang ada sekarang sudah dalam model pemerintahan administrasi modern dengan menempatkan nama Jeneponto sebagai sebagai nama kabupaten dalam provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Jeneponto membawahi 11 kecamatan, diman tiap-tiap kecamatan membawahi desa atau kelurahan. Pada umunya kerajaan-kerajaan lokal atau wabuwa sekarang ini ada yang menjadi desa atau kelurahan dan ada pula yang menjadi kecamatan.
Arungkeke merupakan salah satu dari 11 kecamatan di kabupaten Jeneponto yang berbatasan langsung dengan kecamatan batang di sebelah utara, Laut Flores di sebelah timur, Kecamatan Binamu di sebelah barat dan laut Flores di sebelah selatan dengan ibukota kecamatan di Desa Arungkeke. Dari 7 desa di Kecamatan Arungkeke, sebanyak 6 desa diantaranya merupakan daerah pantai dan hanya 1 desa lainnya merupakan derah bukan pantai. Menurut jaraknya, maka letak masing-masing desa ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten sangat bervariasi. Jarak desa ke ibukota kecamatan maupun ke ibukota kabupaten berkiasr 4-41 km. untuk jarak terjauh adalah desa Arungkeke Palantikang yaitu sekitar 17 km dari ibukota kabupaten (Bonto sunggu), sedangkan untuk jarak terdekat adalah desa kalumpang

3.      Metode Penelitian
a.      Lokasi Penelitian
Penelitian yang berjudul “KerajaanArungkeke Abad XVII” dilakukan di daerah Kabupaten Jeneponto Kecamatan Arungkeke.
b.      Jenis Penelitian
Penelitian mengenai “Kerajaan Arngkeke Abad XVII”, merupakan suatu penelitian historis karena penelitian ini diarahkan untuk meneliti, mengungkapakan dan menjelaskan peristiwa masa lampau sehingga jelas diarahkan kepada metode sejarah yang bersifat kualitatif. Tujuan dari penilitian historis ini yaitu menemukandan mendeskripsikan secara analisis serta menafsirkan tentang kerajaan Arungkeke. Selain itu penelitian yang saya lakukan terkait dengan kerajaan Arungkekek Abad XVII termasuk dalam penelitian sejarh lokal yang bersifat sosial politik karena dalam penelitian kan dibahas terkait dengan kepemimpianan yang sifatnya politik dan dalampenelitian ini pula akan dibahas mengenai suatu hubungan yang terjalin antara raja dengan rakyat kemudian hubungan sastra kebangsawanan yang bersifat sosial.
Penulisan peristiwa masa lampau dalam bentuk peristiwa atau kisah sejarah yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah, harus melalui prosedur kerja sejarah. Pengiasahan masa lampau tidak dapat dikerjakantanpa ada sumber yang menyangkut masa lampau tersebut, sumber yang dimaksud adalah serupa data yang melalui proses analisis menjadi sebuah fakta atau keterangan yang otentik yang berhubungan dengan tema permasalahan, dalam ilmu sejarah dikenal sumber-sumber itu baik tertulis maupun tidak tertulis yang meliputi legenda, folklore, prasasti, monument, alat-alat sejarah, perkakas rumah tangga, dokumen, surat kabar dan surat-surat. Disinilah penulisan peristiwa sejarah memasuki lapangan teknis yaitu : metode sejarah : “ bagaiman menggarap atau mengelola sumber sejarah” (kartodirdjo, 1992:28). Sumber yang disebabkan meliputi sumber primer dan sumber sekunder.
Oleh karena penelitian ini adalah penelitian sejarah, maka dalam penelitian ini menggunakan metode historis, yaitu suatu metode penelitian yang khusus digunakan dalam penelitian sejarah dengan melalui tahapan tertentu. Penerapan metode historis ini menempuh tahapan-tahapan kerja, sebagaimana yang dikemukakan oleh Notosusanto (1971:17) sebagai berikut:
Ø  Heuristik, jakni menghimpun djejak-djejak masa lampau.
Ø  Kritik (sedjarah), jakni menjelediki apakah djejak itu sedjati baik bentuk maupun isinja.
Ø  Interpretasi, jakni menetapkan makna dan saling berhubungan dari fakta jang diperoleh sedjarah itu.
Ø  Penjadjian, jakni menjampaikan sintesa jang diperoleh dalam bentuk sebuah kisah.
Sesuai dengan metode historis di atas, maka langkah proses dalam penelitian dan penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:
a.      Heuristik (Menemukan)
Tahapan pertama yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas dalam skripsi ini, yakni “Kerajaan Arungkeke Abad XVII”.
Mengumpulkan sumber yang diperlukan dalam penulisan ini merupakan pekerjaan pokok yang dapat dikatakan gampang-gampang susah, sehingga diperlukan kesabaran dari penulis. Menurut Notosusanto (1971:18) heuristic berasal dari bahasa Yunani Heuriskein artinya sama dengan to find yang baerati tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini, kegiatan diarahkan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat dilokasi penelitian, temuan benda maupun sumber lisan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni:
Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data-data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau bukti data-data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data-data dan informasi penelitian lapangan, yaitu:
·         Pengamatan (observasi) adalah suatu teknik yang dilakukan penulis untuk mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan Kerajaan Arungkeke dan hasil-hasil peninggalan Kerajaan Arungkeke abad XVII.
·         Tradisi lisan, adalah suatu tehnik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut (Widja, 1991:61), misalnya dengan mengadakan wawancara langsung dengan orang-orang yang mengetahui tentang hal-hal yang berkenaan dengan Kerajaan Arungkeke pada Abad XVII.
b.      Kritik Sumber
Pada tahap ini, sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku yang relevan dengan pembahasan tentang Kerajaan Arungkeke, maupun hasil temuan dilapangan tentang bukti-bukti dilapangan tentang keeksisan Kerajaan Arungkeke pada masa lalu. Setelah bukti itu atau data itu ditemukan maka dilakukan penyaringan atau penyeleksian dengan mengacu pada prosedur yang ada, yakni sumber yang faktual dan orisinalnya terjamin.
Tahapan kritik ini tentu saja memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanaannya. Salah satu tujuan yang dapat diperoleh dalam tahapan kritik ini adalah otentitas (authenticity). Menurut Lucey (1984:47) dalam Sjamsuddin (2007:134) dikatakan bahwa:
Sebuah sumber sejarah (catatan harian, surat, buku) adalah otentik atau asli jika itu benar-benar produk dari orang yang dianggap sebagai pemiliknya (atau dari periode yang dipercayai sebagai masanya jika tidak mungkin menandai pengarangnya) atau jika itu yang dimaksudkan oleh pengarangnya.

Kritik sebagai tahapan yang juga sangat penting terbagi dua, yakni intern dan ekstern. Notosusanto (1971:20) menegaskan hal ini:
Setiap sumber mempunyai aspek intern dan aspek ekstern. Aspek eksternnya bersangkutan dengan apakah sumber itu memang sumber, artinya sumber sejati yang dibutuhkan. Aspek internnya bertalian dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang kita butuhkan. Karena itu, penulisan sumber-sumber sejarah mempunyai dua segi ekstern dan intern.

Kritik ekstern atau kritik luar dilakukan untuk meneliti keaslian sumber, apakah sumber tersebut valid, asli atau bukan tiruan. Sumber tersebut utuh, dalam arti belum berubah, baik bentuk maupun isinya. Dalam penelitian ini, sumber yang digunakan adalah sumber yang berkaitan dengan Kerajaan Arungkeke Abad XVII. Kritik ekstern hanya daapat dilakukan pada sumber yang menjadi bahan rujukan penulis. Disamping itu penulisan ini juga didasarkan pada latar belakang pengarang dan waktu penulisan. Kritik intern atau kritik dalam, dilakukan untuk menyelidiki sumber yang berkaitan dengan sumber masalah penelitian dan penulisan skripsi ini. Tahapan ini menjadi ukuran sejau mana objektifitas penulis dalam mengelaborasi segenap data atau sumber yang telah diperolehnya, dan tentunya mengedepankan prioritas.
Setelah menetapkan sebau teks autentik,serta referensi pengarang, maka penulis akan menetapkan apakah keaslian itu kredibel dan sejauh mana hal tersebut mempengaruhi objek kajian. Pada tahap ini pula kita dapat keabsahan suatu sumber yang kemudian akan dikomparasikan sumber satu dengan sumber yang lainnya, tentunya dengan masalah yang sama.
c.       Interpretasi
Setelah melalui tahapan kritik sumber, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dengan Kerajaan Arungkeke Abad XVII, maupun hasil penelitian langsung dilapangan, diataranya tentang temuan arkeologis dan peninggalan-peniggalan Kerajaan Arungkeke Abad XVII. Tahapan ini menuntut kehati-hatian dan integritas penulis untuk menghindari interpretasi yang subjektif terhadap fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah yang ilmiah.
d.      Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dariseluruh rangkaian dari metode historis. Tahapan heuristik, kritik sumber,serta interpretasi, kemudian dielaborasi sehingga menghasilkan sebuah historiografi. Menurut Abdullah dkk (1985:15) historiografi dijelaskan sebagai berikut:
Penulisan sejarah merupakan puncak dari segalanya, sebab apa yang dituliskan itulah sejarah yang historice recite, sejarah bagaimana yang dikisahkan. Yang mencoba mengungkap dan memahami historice realite, sejarah sebagaimana yang terjadi dan hasil penulisan inilah yang disebut dengan historiografi.

Sejarawan pada fase ini mencoba menagkap dan memahami realita sejarah. Dalam konteks ini, sejarawan tidak hanya menjawab pertanyaan “apa”, “siapa”, “kapan” dan “bagimana”, tetapi melakukan eksplanasi secara kritis tentang “bagaimana” dan “mengapa” (Madjid, 2008:59). Pada tahap ini, faka-fakta yang telah dirumuskan atau diinterpretasikan itu selanjutnya dirangkaikan untuk mengungkapkan kisah sejarah yang menjadi topik dalam penulisan skripsi ini secara kronologis dan menjelaskan maknanya. Adapun tujuan dari penulisan yang telah dilakukan yaitu menciftakan kembali totalitas daripada fakta sejarah dengan sesuatu cara yang tidak memperkosa masa lampau yang sesungguhnya.