Selasa, 25 Desember 2012

pilihan Bahagia


Seorang lelaki berumur 92 tahun yang mempunyai selera tinggi, percaya diri, dan bangga akan dirinya sendiri, yang selalu berpakaian rapi setiap hari sejak jam 8 pagi, dengan rambutnya yang teratur rapi meskipun dia buta, masuk ke panti jompo hari ini.
Istrinya yang berumur 70 tahun baru-baru ini meninggal, sehingga dia harus masuk ke panti jompo. Setelah menunggu dengan sabarselama beberapa jam di lobi, dia tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap.
Ketika dia berjalan mengikuti penunjuk jalan ke elevator, aku menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil, termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya. “Saya menyukainya”, katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang baru saja mendapatkan seekor anjing. “Pak, Anda belum melihat kamarnya, tahan dulu perkataan tersebut.”
“Hal itu tidak ada hubungannya”, dia menjawab. “Kebahagiaan adalah sesuatu yang kamu putuskan di awal. Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diatur tapi bagaimana aku mengatur pikiranku. Aku sudah memutuskan menyukainya. Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur. Aku punya sebuah pilihan; aku bisa menghabiskan waktu di tempat tidur menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhnya yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun dari tempat tidur dan berterimakasih atas bagian-bagian yang masih berfungsi.”
Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia :
1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran.
3. Hiduplah dengan sederhana.
4. Berikan lebih banyak.
5. Jangan terlalu banyak mengharap.

Sabtu, 24 November 2012

TULANG RUSUK

hidupq mungkin tak panjang Lagi,,,
tapi cintaq akan berakhir selamax waktu yang ada d dunia ini,,
janganlah pernah kau anggap bahwa ini hanyalah sbuah rangkaian kata,,
setiap huruf, setiap kalimat,setiap makna  adalah perasaanku,,
prasaanq yangd mana slalu mengagumimu,
prasaanq yang hanya ingin bersamamu,,
perasaan yang dimana tertuang dalam coretan ini,,
dan jika ku bisa memilih,,
aku hanya ingin memilih bersamamu,,
ingin menjalani hari-hari bersamamu,,
kau adalah tulang rusukku,,
kau adalah lembaran cinta terakhirku,,
dan semua perasaan cinta dan sayang ini hanyalah,,,
UNTUKMU,,,
karena kau adalah Wanita terindah,,,
kau adalah Anugerah terindah yang Tuhan berikan untukku,,
dan takkan pernah ada yang sepertimu d dunia ne,,,
U'RE MY LIFE,
U'RE MY BREATH,,,
U'RE MY SOUL,,
Ur ALWAYS IN MY MIND,,
I CAN ALWAYS LOVING U,,
I CAN'T MISSING U,,,
apapun Rintangan,,
mari kita hadapi bersama,,
jalan yang kita hadapi,,,,
hanyalah Jalan yang Tuhan berikan untukKITA,,
Jalan agar KITA bersama SELAMANYA,,,


To : Lidya Ayu Natalia
4   januari 1990


Jumat, 23 November 2012

INDAHNYA CINTAMU


ktika cinta ada...
apa yang kau rasakan???
apa yang mbwt kau merasa bahawa dia adalah segalanya buatmu???
aku merasakan cinta....
cinta yg dberikan orang tuaq padaq..
cinta yang dbrikan saudara2q,,,
cinta yang dberikan teman2q,,,
cinta yang dberikan sahabatq padaq,,,,
cinta yang dbrikan Tuhan kpdaq,,
cinta yang aku berikan pada diriq sendiri untukq,,,
tapi ada 1 Cinta yg buat hatiq slalu senang...
bwt hatiq yang slalu mBayangkan DIA...
cinta dari "DIA" untukq....
cinta seseorang untuq,,,,
cinta yang tulus apa adax,,,
cinta yang tanpa d sadari telah muncul dan tumbuh dalam hatiq,,,,
cinta yangtelah lama bsemayam indah dalam hatiq,,,
cinta yang tanpa aku inginkan datang dgn sendirix walau aku tak memintax,,,
di sini aku akanterus mCintaimu apapun rintanganx akan qt hadapi bSama2....
AKU AKAN SLALU,,,,,



I'M ALWAYS LOVING U DEAR....
LOVE U

Selasa, 20 November 2012

cerita kita


U n ME TOGETHER FOREVER

            Pada pertama awal sebelum ketemu dengannya, saat ada Bible Camp Greja. Acara dimulainya pada tanggal 26 kalau gak 27 sampaitanggal 29 juni 2012 di  Bumi perkemahan karangsari park. Saat itu, aku ingin pulang, karena ada urusan kuliah dan gak ingin mengikuti acara Camp tersebut sampai slesai. Tapi saat hari kedua acaranya gak jadi pulang karena gak ada kendaraan, dan saat itu pula aku mulai mengenalmu “LIDYA AYU NATALIA”, saat pertama aku gak kenal kamu, dan ternyata kamu mbak’e temendq dulu yang aku kenal saat camp pertama. Dari sinilah mulai petualangan cintaq bersamamu, saat pertama ketemu akupun  sudah mulai suka denganmu. Aku kira ini hanyalah sbuah CINTA biasa n sekilas, tapi lambat laun, seiring berjalanny waktu, benih-benih cinta mulai Tumbuh. Awal ketemu dijumpai dengan ejkan dan olokan untuk bisa tertawa dan bersenang2. Saat itu ku hanya bisa melihat kamu ketawa, kamu tersenyum, dan saat ku pandangi wajahmu kamupun tersenyum, senyumanmu itulahyang membuatq jatuh hati kepadamu LIDYA!! J. Pertama ketemu kamu sering banget cubitin aku, sampai sekarang slalu cubitin aku, padahal udah aku bilang aku gak suka dicubit, malahan kamu sengaja cubitin aku n seneng bgt rasanya kamu jahilin aku. Tak apalah, bwt kamu seneng aku lakuin,,hehehehehhe,, ^^. Pada malam terakhir diarea camp, saat itu dingin banget. Angin malam yang merasuk dalam tubuh ini rasanya gak kuat untuk menahan rasa dingin. Saat itu ada pertunjukan pensi, kamu duduk di sana dan akupun mulai mendakat, disana pun qt mulai canda tawa. Rasa dinginpun tak kuasa menyelimuti malam itu, inisatifku saat itu ingin memberikanmu jaket yang aku pakai saat itu agar kamu gak kedinginan, tapi apa daya, aku malu untuk memberikannya. L. Ingin rasanya aku memberikan jaketq untuk menutupi tubuhmu yang menggigil akan dinginnya malam ituL. Saat hari terakhir, waktunya pulang dan acara selesai, akupun masih nungguin kamu dan berharap supaya masih bisa lihat kamu, untungnya Tuhan berbaik hati n mbrikan ksempatan untuk melihatmu pulang. Kamu pulang ke rumah dengan adikmu tersayang MARIO. Hati-hati sayang, cuman itu yang bisa aku ungkapkan dalam hati. Senyum manismu itu membuatq slalu teringat kepadamu “LIDYA AYU NATALIA”. Harapanku selanjutnya agar aku bisa bertemu denganmu lagi.
            Sepulang dari camping aku mencoba cari kamu, cari kontak kamu agar aku bisa berhubungan denganmu lagi. Aku mulai buka FB cari-cari namamu terlalu banyak, nggak abis pikir aku langsung buka FBx MARIO, ech ternyata ada nama kamu NONA LIDYA. Langsung aja aku add pake FBq 1x TELAH KUTEMUKANMU, karna FBq yang asli masih di Blokir pertemanan,, hmmmm sedihnya..... akhirnya kamupun konfirmasi ke aku, kita canda tawa disana n aku bilang nyruh kamu add FBq yang asli dan kamu mulai bilang”memang cowok sperti itu ya sukanya” dalam benak aku berpikir kenapa dia bilang sperti itu. Aku jelasin kalau Fbq 1x cuman buat maen Game,hehehehehhe. Sampai sinilah ketemu d Fb tukeran Pin BB dan dimulai lagi qt komunikasi, hmmmm senengnya hati ini,,,, :D.
Pertemuan selanjutnya, tanggal 4-5 agustus 2012. Saat itu pertemuan aku denganmu dalam pertemuan temen2 seklasis untuk jalan-jalan di Gedong Songo n d Gua Maria Ambarawa. Waktu itu kamu ikut rombonganq, niat ingin bersama-sama denganmu, seneng-seneng denganmu. Kita nginap d GKJ Kendal, di sana tiba malam hari. Sedikit demi sedikit inginq membrikanmu perhatian, echh kamux gak peka, ya sudahlah. Kamu pun waktu itu marah-marah juga sama aku, karena aku gak paham dengan maksud kamu,, udahlah masalah ini lupaen aja. Berlanjut jalan2 k gedong songo, di sana seneng banget rasanya,seneng karena bisa deket banget sama kamu, ketawa-keawa, seneng banget rasanya... soo gak bisa diungkapkan dengan kata-kata... hehehehhe..... sepulang dari gedong songo, kita meluncur ke GOA MARIA,, hmmmm aku gak pernah kesini,,,rasanya disana seneng banget,, saat-saat untuk berdoapun aku hnya mendoakanmu, mendoakan kluargaq, hidupq, masa depanq, n juga untuk kesembuhanq,, segala penyakit yang aku pnya agar sembuh,, di sini hanya cerita ttg aku dengan kamu seorang LIDYA AYU NATALIA,,,, u are always in my mind,, J
Berbagai cara aku lakuin agar bisa ketemu kamu. Aku mulai main k rumah kamu,,sering banget ketemu kamu, n waktu kamu k surabaya, aku pengen ketemu kamu, aku langsung k tempat kamu n mama n kluarga kamu jalan2,,sampai pada akhirnya aku mengatakan “AKU SAYANG KAMU”
Tiba saatnya, waktu itu aku mencoba ketemu kamu di Semarang, aku kangen kamu, aku bilang sayang sama kamu, qt jalan2 barng maen k pantai, k klenteng, n k simpang lima, lawang sewu. Tepat malamnya aku bilang sama kamu 3 september 2012 “AKU SAYANG KAMU” dan malam, tepatnya dini hari kitra sama-sama berjanji dan kita bersama-sama untuk melewati hidup ini. Tanggal 8 september 2012 kita sama-sama mengungkapkannya. Aku seneng banget kamu juga trima aku. Malam yang gak bisa aku lupakan... kamu bertanya sma aku”KALAU AKU JUGA SAYANG SAMA KAMU dan KITA BERSAMA, APA YANG KAMU LAKUIN??” AKU JAWAB,”AKU AKAN SELALU BILANG SAYANG SAMA KAMU, TAK KAN PERNAH BOSAN BILANG SAYANG SAMA KAMU, TAKKAN ADA CINTA YANG LAEN SELAIN KAMU dan AKU AKAN SELALU MENYAYANGIMU SAMPAI AKHIR YANG MEMISAHKAN KITA”, kemudian Kamu tanya lagi,”KALAU AKU SAYANG SAMA KAMU dan KITA GAK BISA BERSAMA, GIMANA?”, AKUPUN MENJAWABNYA KEMBALI,”MESKI KITA GAK BISA BERSAMA DI SINI AKU AKAN BERSAMA KAMU KELAK DISANA, dan AKU AKAN BERTAHAN DENGANMU, AKU TETAP SAYANG SAMA KAMU LIDYA AYU NATALIA, AKU GAK AKAN TINGGALIN KAMU, KARNA KAMU LEMBARAN TERAKHIR DALAM HIDUPKU, AKU AKAN TERUS BERUSAHA AGAR KITA BERSAMA”. Kita saat itu mulai menjalin hubungan meski kamu sudah ada yang punya. Minggu pagi kita k Greja bareng, d sana tiap kali aku mendoakanmu, aku mendoakan untuk hubungan kita. Pulang Gereja kamu ada acara kepernikahan saudara kamu, aku nungguin kamu dikostn, ech ternyata COWOK KAMU atau CALON PENDAMPIN HIDUPMU datang. Aku mencoba belain kamu, tapi aku jga salah posisi saat itu, akhirnya pulang dengan berbagai kesedihan.
Waktu terus berputar mengiringi jalinan kisah asmara kita, ku coba tetap bertahan, berusa, berserah dan berdoa slalu untuk hubungan kita, hingga akhirnya kamu MENYERAH, MEYERAH DENGAN KEADAAN. Tepat Senin, 19 November 2012 kamu gak kuat dengan keadaan n kamu PUTUSIN SEBUAH PILIHAN, kamu lebih memilih DIA daripada aku, tahu nggak perasaanq saat itu gmn?? Aku maen kesanaminggu, berangkat pagi dengan keadaanq kurang Fit, karena kemarin habis ada acara kampus, capek banget, pusing badan masih gak enak smw rasanya,tapi aku tetap berisi keras untuk menemui kamu, karena AKU KANGEN KAMU!!!!!!!!!!!!! Di sana minggu sore sampai semarang, ujanpun mulai turun, ingin sekali rasanya pertama kali kamu langsung k tempatq, tapiujan dan kamu pastinya capek, slese ada acara praktek kuliah. Aku pahami itu, aku sadari itu, tak apalah besok juga ketemu. Senin kita janjian pagi, kamu gak bisa pagi karena ada persentasi d kelas, ya aku tungguin kamu. Pulang kuliah kamu langsung maen k tempatq, awal itulah aku ngrasa gak enak smua, kamu aneh, kamu anehh banget ngleadtnya. Slese akhirnya kita ngobrol-ngobrol dan kamu mengambil keputusan untuk bersamanya, bukan bersamaku. Tak apalah bwt kebahagian kamu aku lakuin bwt melepaskanmu, aku terlalu sayang sama kamu, aku pengen kamu sembuh, aku pengen kamu bahagia, meski hatiku hancur sperti apa bentuknya tak tahu lagi. Sore langsung kuputuskan untuk balik lagi kesurabaya. Sudah disinilah perjumpaan kita.aku sayang sama kamu Lidya.
TAU GAK KAMU??? AKU SAYANG BANGET SAMA KAMU, AKU BUTUH KAMU, AKU PENGEN BERSAMA KAMU, MANA SEMUA JANJI-JANJI YANG TELAH KAMU UCAPKAN ITU?????????????
TAU GAK KAMU RASANYA SAKIT INI??AKU GAK BUTUH BELAS KASIHAN, AKU TULUS SAYANG SAMA KAMU,, TAPI APA KENYATAANNYA,
AKU MEMULAI DARI KEHIDUPAN YANG SALAH, DISAAT KAMU SUDAH MENJADI MILIK ORANG LAIN, AKU CUMAN BERUSAHA DAN MENCOBA SAYANG, TERUS MENCOBA SAYANG.
PERTEMUAN YANG TAK PERNAH AKU HARAPKAN, PERCINTAAN YANG TAK PERNAH AKU BAYANGKAN, SEMUA SUDAH ADA KEHENDAK-NYA, KITA BISA SPERTI INI OLEH KARENA-NYA, JALAN YANG SUDAH DIBERIKAN-NYA. TAPI TAK APALAH, AKU IKHLASKAN SESUATU YANG BUKAN MILIK AKU.
KU BERHARAP AGAR KAMU TAK PERNAH MEMBOHONGI PERASAAN KAMU...
AKU LAKUIN SEMUANYA BUAT KAMU.
PERJUANGAN, USAHA YANG SIA-SIA... AKU BERHENTI BERHARAP...
KAMU MOTIVASI AKU, KAMU SEMNGATKU, KINI HILANG ENTAH KEMANA, CUMAN AKAN AKU BUKTIKAN SEMUA JANJI YANG AKU UCAP,”AKU AKAN SAYANG SAMA KAMU SELALU, SELAMANYA,SAAT INI AKU MULAI HIDUPQ UNTUK KELUARGAKU DAN INGIN MEMBUAT BAHAGIA KELUARGAKU, MEZKI AKU GAK BAHAGIA, AKU TETAP SENDIRI SAMPAI TUHAN MENJEMPUT DAN MEMANGGIL NAMAKU UNTUK DI AJAK PULANG J”.
AKU AKAN TERUS SAYANG SAMA KAMU “LIDYA AYU NATALIA 4 JANUARI 1990”.
AKAN AKU BUKTIIN SMUA JANJIKU.... BERTAHAN SAMPAI KAPANPUN DENGAN SISA WAKTUKU YANG TAK AKAN LAMA LAGI,,,
SEMOGA KAMU BAHAGIA, TTPLAH MENJADI TERANG N GARAM DUNIA, HIDUP DALAM CINTA KASIH KRISTUS N SLALU MEMULIAKAN NAMA-NYA BERSAMA KEKASIH N PENDAMPING HIDUPMU,
AKU MASIH MEMBUKA HATIKU LEBAR-LEBAR UNTUKMU, DAN AKUPUN INGIN MEMBUAT KAMU BAHAGIA, MEMBUAT MAMA,PAPA,MAS DAVID N RIO BAHAGIA PULA.
AKU SELALU SAYANG,CINTA, DAN SAYANGG TERUSS KEPADAMU “LIDYA AYU NATALIA”


FINISH!!!!!!!!!! ^^
UNTUK SANG KEKASIH KHAYALAN.......
YANG TELAH MEMBERIKAN BANYAK ARTI DALAM HIDUPQ YANG SEMPIT DAN KELAM INI,,,,
AKU PERGI,,,PERGII DALAM PANGKUAN-NYA.

BAHAGIAMU, BAHAGIAKU JUGA,
JANGANLAH PERNAH UNTUK BERSEDIH N MENANGIS..
AKU GAK SUKA.
DAN CEPAT SEMBUH SAYANG,
KAMU KUAT LEWATI INI SEMUA.. :) 

AKU SELALU ADA N KAN MENJAGAMU DI SANA... 
LOVE U PRINCESS
KAMU AKAN TETAP MENJADI BAGIAN TERINDAH DALAM HIDUPKU ... n_n"



Sabtu, 28 Januari 2012

RANGGALAWE dan KABUPATEN TUBAN

Mungkin dewasa ini masyarakat Tuban Takkan pernah bisa dipisahkan dengan cerita tentang Ronggolawe, yang sampai saat ini masyarakat Tuban menganggap bahwa Ronggolawe sebagai Pahlawan dan begitu melegenda di dalam kehidupan masyarakat Tuban.
Legenda Ronggolawe menurut ceritera masyarakat Tuban berbeda dengan naskah Sejarah yang di tulis seperti dalam Buku Kitab Pararaton dan Kidung Ronggolawe. Menurut Kidung Ronggolawe, tindakan Ngraman (berontak) Ronggolawe dilancarkan setelah tuntutannya agar pengangkatan EMPU Nambi sebagai patih Amangkubumi Majapahit segera dianulir.
Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Nambi sebagai salah satu abdi Raden Wijaya yang ikut mengungsi ke tempat Arya Wiraraja di Songeneb (nama lama Sumenep) ketika Kerajaan Singasari runtuh diserang pasukan Jayakatwang tahun 1292. Sedangkan menurut Kidung Harsawijaya, Nambi adalah putra Arya Wiraraja yang baru kenal Raden Wijaya di Songeneb. Kidung Harsawijaya mengisahkan pula, Nambi kemudian dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Terik menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Kisah ini berlawanan dengan Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe yang menyebut nama putra yang dikirim Arya Wiraraja adalah Ranggalawe, bukan Nambi. Pararaton selanjutnya mengisahkan, pada saat Raden Wijaya menyerang Kadiri pada tahun 1293, Nambi ikut berjasa membunuh seorang pengikut Jayakatwang yang bernama Kebo Rubuh.
Nama ayah Nambi menurut Pararaton dan Kidung Harsawijaya adalah Arya Wiraraja, sedangkan dalam Kidung Sorandaka adalah Pranaraja. hal ini menimbulkan pendapat bahwa Pranaraja adalah nama lain Arya Wiraraja. Pendapat tersebut tidak sesuai dengan naskah prasasti Kudadu tahun 1294 yang menyebut Arya Wiraraja dan Pranaraja sebagai dua orang tokoh yang berbeda. Keduanya sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, di mana masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Pranaraja Mpu Sina. Selain itu, Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Arya Wiraraja adalah ayah dari Ranggalawe (alias Arya Adikara), yaitu saingan politik Nambi. Versi ini diperkuat oleh prasasti Kudadu (1294) yang menyebut adanya nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja dalam daftar pejabat Majapahit, namun keduanya tidak ditemukan lagi dalam prasasti Sukamerta (1296), sedangkan nama Pranaraja Mpu Sina masih dijumpai. Alasan yang bisa diajukan ialah, setelah kematian Ranggalawe tahun 1295, Arya Wiraraja merasa sakit hati dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pasangguhan. Ia kemudian mendapatkan daerah Lamajang sesuai janji Raden Wijaya pada masa perjuangan. Adapun Pranaraja Mpu Sina diperkirakan juga berasal dari Lamajang. Sesudah pensiun, ia kembali ke daerah itu sampai akhir hayatnya pada tahun 1316.
Peran Awal Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat. Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Konon, nama Ranggalawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya. Lawe merupakan sinonim dari Wenang, yang berarti "benang", atau dapat juga bermakna "kekuasaan". Maksudnya ialah, Ranggalawe diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut. Selain itu, Ranggalawe juga menyediakan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kadiri. Penyerangan terhadap ibu kota Kadiri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.
Jabatan di Majapahit Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu. Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda. Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit. Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara.
Pararaton menyebut pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Menurut naskah ini, pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta.
Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309. Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309, bukan 1295. Seolah-olah pengarang Pararaton melakukan kesalahan dalam penyebutan angka tahun.
Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau "raja muda" di istana Daha. Selain itu Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.
Fakta lain menunjukkan, nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara sama-sama terdapat dalam prasasti Kudadu tahun 1294, namun kemudian keduanya sama-sama tidak terdapat lagi dalam prasasti Sukamreta tahun 1296. Ini pertanda bahwa Arya Adikara alias Ranggalawe kemungkinan besar memang meninggal pada tahun 1295, sedangkan Arya Wiraraja diduga mengundurkan diri dari pemerintahan setelah kematian anaknya itu. Jadi, kematian Ranggalawe terjadi pada tahun 1295 bertepatan dengan pengangkatan Jayanagara putra Raden Wijaya sebagai raja muda. Dalam hal ini pengarang Pararaton tidak melakukan kesalahan dalam menyebut tahun, hanya saja salah menempatkan pembahasan peristiwa tersebut.
Sementara itu Nagarakretagama yang dalam banyak hal memiliki data lebih akurat dibanding Pararaton sama sekali tidak membahas pemberontakan Ranggalawe. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah ini merupakan sastra pujian sehingga penulisnya, yaitu Mpu Prapanca merasa tidak perlu menceritakan pemberontakan seorang pahlawan yang dianggapnya sebagai aib.
Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahit karena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe.
Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.
Ranggalawe yang bersifat pemberani dan emosional suatu hari menghadap Raden Wijaya di ibu kota dan langsung menuntut agar kedudukan Nambi digantikan Sora. Namun Sora sama sekali tidak menyetujui hal itu dan tetap mendukung Nambi sebagai patih.
Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe membuat kekacauan di halaman istana. Sora keluar menasihati Ranggalawe, yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada raja. Namun Ranggalawe memilih pulang ke Tuban. Mahapati yang licik ganti menghasut Nambi dengan melaporkan bahwa Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan di Tuban. Maka atas izin raja, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menghukum Ranggalawe. Mendengar datangnya serangan, Ranggalawe segera menyiapkan pasukannya. Ia menghadang pasukan Majapahit di dekat Sungai Tambak Beras. Perang pun terjadi di sana. Ranggalawe bertanding melawan Kebo Anabrang di dalam sungai. Kebo Anabrang yang pandai berenang akhirnya berhasil membunuh Ranggalawe secara kejam. Melihat keponakannya disiksa sampai mati, Lembu Sora merasa tidak tahan. Ia pun membunuh Kebo Anabrang dari belakang. Pembunuhan terhadap rekan inilah yang kelak menjadi penyebab kematian Sora pada tahun 1300.
Kidung Ranggalawe dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Ranggalawe memiliki dua orang istri bernama Martaraga dan Tirtawati. Mertuanya adalah gurunya sendiri, bernama Ki Ajar Pelandongan. Dari Martaraga lahir seorang putra bernama Kuda Anjampiani.
Kedua naskah di atas menyebut ayah Ranggalawe adalah Arya Wiraraja. Sementara itu, Pararaton menyebut Arya Wiraraja adalah ayah Nambi. Kidung Harsawijaya juga menyebutkan kalau putra Wiraraja yang dikirim untuk membantu pembukaan Hutan Tarik adalah Nambi, sedangkan Ranggalawe adalah perwira Kerajaan Singhasari yang kemudian menjadi patih pertama Majapahit.
Uraian Kidung Harsawijaya terbukti salah karena berdasarkan prasasti Sukamreta tahun 1296 diketahui nama patih pertama Majapahit adalah Nambi, bukan Ranggalawe. Nama ayah Nambi menurut Kidung Sorandaka adalah Pranaraja. Sejarawan Dr. Brandes menganggap Pranaraja dan Wiraraja adalah orang yang sama. Namun, menurut Slamet Muljana keduanya sama-sama disebut dalam prasasti Kudadu sebagai dua orang tokoh yang berbeda.
Dalam versi cerita masyarakat ataupun Folkfore nama Ronggolawe rupanya sangat melekat dalm ingatan orang-orang Jawa. Dalam cerita masyarkat ini, Ronggolawe dikisahkan menjadi seorang Bupati Tuban yang juga merangkap menjadi panglima angkatan perang Majapahit pada masa pemerintahan Ratu Kenacanwungu. Ketika Majapahit di serang oleh Menak Jinggo adipati Blambangan, Ronggolawe di utus untuk menghadang serangan dari Adipati Blambangan Tersebut. Dalam perang tersebut, Ronggolawe tidak dapat dikalahkan Menak Jinggo dikarnakan Ronggolawe selalu terlindung Oleh Payung Pusakanya. Maka, Menak Jinggo terlebih dahulu membunuh abdi pemegang payung Ronggolawe, yang bernama Wongsopati, baru setelah itu Menak Jinggo membunuh Ronggolawe.

BUPATI-BUPATI MENJABAT TUBAN

Pada waktu pembukaan Hutan Papringan, keluarlah dengan tidak terduga Sumber Air, Metu Banyu (bahasa Jawa) yang kemudian disingkat menjadi Tu-Ban, merupakan nama wilayah kabupaten yang spontan diberikan oleh Raden Arya Dandang Wacana, sumber air ini sangat sejuk dan meskipun terletak di tepi pantai utara Pulau Jawa, mata air tadi tidak bergaram, lain halnya dengan pantai kota-kota lainnya.
Bupati ke I
Dalam pemerintahan Raden Arya Dandang Wacana negara dan rakyat selalu dalam keadaan aman dan sejahtera, pencuri perampok tidak dikenal oleh penduduk. Sandang pangan berlimpah-limpah, penduduk tak pernah merasa kekurangan. Siang malam selalu ramai, hampir tak ada bedanya. Oleh karena itu penduduk sangat cinta dan kasih kepada sang Bupati Raden Arya Dandang Wacana. Setelah 3 tahun memegang pemerintahan Raden Arya Dandang Wacana memerintahkan membuat Pesanggrahan. Pesanggrahan ini dikelilingi parit dan kolam, ditanami dengan aneka macam pohon yang menyebabkan Pesanggrahan tersebut rindang dan membuat pemandangan yang sangat indah dan menarik. Pesanggrahan tersebut kini diberi nama “Bekti” dan nama ini diambilkan dari kata “Pangabekti” (bahasa Jawa). Sebab jika sang Bupati Raden Arya Dandang Wacana sedang beristirahat di Pesanggrahan tersebut, banyak penggawa dan rakyat yang berdatang sembah (mengabekti). Dan sekarang Pesanggrahan dan desa tersebut namanya menjadi “Bektiharjo” (Harjo = rejo, banyak pengunjung). Perlu diketahui bahwa Raden Arya Dandang Wacana juga berganti nama Kyai Gede Papringan. Setelah memerintah 20 tahun Bupati Dandang Wacana mangkat, jenazahnya dimakamkan di dekat Kaligunting Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding.
Kabupaten Tuban yang tersebut pertama tadi, sekarang menjadi 3 desa yakni : “Dukuh Trowulan, Desa Prunggahan Kulon dan Desa Prunggahan Wetan.” Hingga sekarang para wanita kelahiran 3 desa tersebut, terkenal akan kecantikannya dan terdapat ciri khas yakni “dekik” (bahasa Jawa) pada pipinya. Kecantikan wanita-wanita tersebut bagaikan bidadari yang mengejawantah, oleh karena itu para pemuda boleh pilih untuk dijadikan teman hidupnya. Agar mudah diingat, para bupati yang pernah memerintah dalam Kabupaten Tuban, kami beri nomor urut. Bupati pertama dari Kabupaten Tuban ialah Raden Arya Dandang Wacana (Kyai Ageng Papringan, sebab Raden Arya Dandang Wacanalah yang mendirikan kabupaten dengan nama Tuban. Menurut babad Tuban karangan E.J. Jasper, Tuban merupakan daerah Andahan, (vazalstaat) dari Majapahit, sejak Arya Dikara menjadi Bupati Tuban, bupati yang terakhir ini (yang ke 6 dari daftar Bupati Tuban) setelah mempunyai menantu Syeh Ngabdur¬rahman, kemudian memeluk agama Islam (abad ke15). Kyai Ageng Papringan berputra 2 orang, yakni Nyai Ageng Lanang Jaya dan Nyai Ageng Ngeksa. Nyai Ageng Lanang Jaya berputra seorang yang diberi nama Raden Ronggolawe, Nyai Ageng Ngeksa berputra seorang yang diberi nama Raden Arya Kebo Anabrang.

Bupati ke II
Setelah neneknya mangkat (Kyai Ageng Papringan) yang menggantikan jadi bupati yakni cucunya Raden Hariyo Ronggolawe. Setelah Raden Hariyo Ronggolawe memegang tampuk pemerintahan, rumah kabupaten dipindah sebelah barat Guwo Akbar. Bekas kabupaten sekarang dipergunakan untuk makam Bakung Kecamatan Semanding).

Bupati ke III
Sesudah Raden Ronggolawe mangkat, Raden Sirolawe menggantikan ayahnya menjadi Bupati Tuban. Beliau memerintah selama 15 tahun dan mangkat.

Bupati ke IV
Raden Hariyo Sirolawe berputra seorang bernama Raden Hariyo Sirowenang dan setelah ayahnya mangkat ia menjadi bupati. Pemerintahan Sirolawe berlangsung selama 43 tahun.

Bupati ke V
Setelah Raden Hariyo Sirowenang mangkat, diganti oleh puteranya, Raden Hariyo Lena. Pemerintahan berlangsung selama + 52 tahun dan pada pemerintahannya rumah kabupaten dipindahkan ke Desa Doromukti (Kecamatan Kota Tuban).

Bupati ke VI
Setelah mangkatnya Raden Hariyo Leno, Raden Hariyo Dikara puteranya menggantikan menjadi bupati. Beliau memerintah selama 18 tahun dan kabupatennya berdiri tetap di Desa Doromukti. Beliau mempunyai putera 2 orang yakni : Raden Ayu Hariyo Tejo dan Kyai Ageng Ngraseh. Kemudian Raden Ayu Hariyo Tejo menjadi isteri Syeh Ngabdurahman, putera Syeh Jali/Syeh Jalaludin/Kyai Makam Dawa/Ngalimurtala dari Gresik (saudara Sunan Ngampel). Sejak pemerintahan Bupati Raden Dikara, Bupati Tuban memeluk agama Islam.

Bupati ke VII
Setelah Bupati Raden Hariyo Dikara mangkat yang menggan¬tikan menantunya Syeh Ngabdurahman dan kemudian berganti nama Raden Hariyo Tejo. Beliau memerintah selama + 41 tahun (tahun 1460). Dibawah pemerintahan Bupati Raden Hariyo Tejo inilah, maka Tuban sebagai daerah andalan Majapahit, turut memberontak membantu Raden Patah melawan Brawijaya. Majapahit jatuh kedalam kekuasaan Raden Patah tahun 1478, yang kemudian menjadi Sultan Demak dan sejak itu Tuban ada di bawah Demak.

Bupati ke VIII
Raden Hariyo Tejo mempunyai seorang putera yang diberi nama Raden Hariyo Wilatikta dan setelah ayahnya mangkat, beliau yang menggantikan. Pemerintahan Bupati Hariyo Wilatikta ini berlangsung selama + 40 tahun.

Bupati ke IX
Setelah Raden Hariyo Wilatikta mangkat, yang menggantikan menjadi bupati ialah Kyai Ageng Ngraseh, yang kemudian kawin dengan Putera Raden Hariyo Wilatikta. Setelah memerintah + 40 tahun mangkat.
Bupati ke X
Perkawinan Kyai Ageng Ngraseh dengan putra putri Raden Hariyo Wilatikta berputera seorang yang diberi nama Kyai Ageng Gegilang yang kemudian menggantikan ayahnya. Pemerintahannya berlangsung selama + 38 tahun.
Bupati ke XI
Penggantian Kyai Ageng Gegilang ialah yang bernama Kyai Ageng Batabang. Beliau mangkat setelah memerintah selama 14 tahun lamanya.
Bupati ke XII
Pengganti Bupati Kyai Ageng Batabang ini putra tunggalnya ialah Raden Hariyo Balewot. Beliau memerintah selama + 56 tahun kemudian mangkat.
Bupati ke XIII
Bupati Hariyo Balewot mempunyai 2 orang putra yakni Pangeran Sekartanjung dan Pangeran Ngangsar. Setelah Bupati Raden Hariyo Balewot mangkat yang menggantikan ialah puteranya sulung yaitu Pangeran Sekartanjung.
Bupati ini terbunuh waktu beliau sedang bersembahyang Jum’at dengan ditusuk Pusaka Lilam Upih yang bernama Kyai Loyan dari belakang oleh adiknya yaitu Pangeran Ngangsar. Tusukan ini menembus punggung dan dada dan akhirnya Bupati Pangeran Sekartanjung mangkat. Pemerintahannya berlangsung selama + 22 tahun dan mempunyai putra 2 orang yaitu Pangeran Hariyo Permalat dan Hariyo Salampe, waktu ayahnya mangkat kedua putranya masih kecil.
Bupati ke XIV
Pengganti Bupati Pangeran Sekartanjung ialah adiknya Pangeran Ngangsar. Baru memerintah 7 tahun beliau mangkat.
Bupati ke XV
Setelah Bupati Pangeran Ngangsar mangkat, yang menggantikan ialah Pangeran Hariyo Permalat, sekira pada tahun 1568 bupati ini kemudian kawin dengan putra putri Kanjeng Sultan Pajang (Raden Jaka Tingkir), Raden Jaka Tingkir menjadi Sultan Pajang tahun 1568 dan Tuban termasuk daerah kekuasaannya. Beliau mempunyai seorang putra diberi nama Pangeran Dalem. Setelah memerintah selama + 38 tahun kemudian mangkat, pada masa itu Pangeran Dalem masih kecil.
Bupati ke XVI
Karena Pangeran Dalem masih kecil, maka yang menggantikan Bupati Pangeran Hariyo Permalat ialah Hariyo Salampe. Pemerintahan bupati ini berlangsung selama + 32 tahun dan kemudian mangkat.
Bupati ke XVII
Setelah Bupati Hariyo Salampe mangkat, digantikan oleh Pangeran Dalem. Pada masa pemerintahan, beliau memindah rumah kabupaten ke Kampung Dagan (Kota Tuban) sebelah selatan Watu tiban. Di samping itu beliau mendirikan masjid dan benteng di luar kota, terletak di Guwo Akbar membujur dari timur ke barat. Pembuatan benteng ini, Kyai Mohammad Asngari yang ditugaskan, sebagian dari benteng ternyata belum dapat diselesaikan pada waktunya. Dan ketika hal ini diketahui oleh Bupati Pangeran Dalem, Kyai Mohamad Asngari dipanggil menghadap ke kabupaten. Setelah Kyai Mohamad Asngari menghadap, Bupati Pangeran Dalem memerintahkan agar benteng tersebut lekas dapat, diselesaikan, dan bilamana tidak, Kyai Mohammad Asngari akan menerima hukuman, hal mana disanggupi. Dengan hati sedih Kyai pulang dan pada malam harinya ia bersamadi. Permintaannya, dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa dan pada pagi harinya benteng yang dimaksud telah jadi dengan megahnya. Hal mana sangat mengagumkan penduduk di sekitarnya juga Bupati Pangeran Dalem. Karena indah lagi besar, maka benteng tersebut oleh Pangeran Dalem diberi nama Benteng Kumbakarna. Dan sejak itu pulalah maka Kyai Mohammad Asngari termashur karena kesaktian ilmunya.
Hal pembuatan benteng terdengar juga oleh Sultan Mataram Hanyakra Kusuma saudara dari Martadipura putra dari Panembahan Seda Krapyak (Panembahan Seda Krapyak putra dari Sutawijaya), dan diketahui pula bahwa Bupati Pangeran Dalem akan melepaskan diri dari Sultan Mataram (1614). Hal tersebut dapat diketahui oleh Sri Sultan dengan bukti Benteng Kumbakarna yang didirikan oleh Bupati Pangeran Dalem. Untuk membuktikan dugaan tersebut Sri Sultan secara diam-diam mengirimkan utusan ke Tuban untuk menyelidiki akan kebenarannya. Yang mendapat tugas menjadi mata-mata ialah Kyai Randu Watang. Dalam menjalankan tugas mata-mata tersebut, Kyai Randu Watang setibanya di Tuban menanam 2 batang pohon randu alas sebagai tanda bukti bahwa Kyai Randu Watang telah sampai di Tuban. Tugas yang diberikan oleh Sri Sultan dapat dilaksanakan dengan baik, dan dapat diketahui olehnya bahwa benar-benar Bupati Pangeran Dalem ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Kemudian ia lekas-lekas kembali ke Mataram untuk melaporkan hal tersebut kepada Sri Sultan. Setelah Sri Sultan mendengarkan laporan itu beliau sangat murka. Untuk mencegah maksud Bupati Pangeran Dalem tersebut, Sri Sultan mengirimkan 35.000 orang prajurit yang dipimpin oleh Pangeran Pojok ke Tuban.
Sebaliknya Bupati Pangeran Dalem setelah mendengar bahwa Prajurit Mataram akan menyerang Tuban, beliau memerintahkan kepada semua prajurit berjaga-jaga akan segala kemungkinan yang akan terjadi. Kedatangan prajurit-prajurit Mataram disambut dengan pertempuran oleh Prajurit Tuban. Pertumpahan darah terjadi, dan kedua belah pihak menderita kerugian yang besar. Mula-mula prajurit-prajurit Tuban disemua medan mendapat kemenangan, tetapi karena jumlah prajurit Mataram lebih banyak, maka akhirnya Prajurit Tuban banyak yang lari dan menyerah (1619). Setelah diketahui bahwa Prajurit Tuban banyak yang lari dan menyerah Bupati Pangeran Dalem melarikan diri ke Pulau Bawean. Tetapi di Pulau Bawean beliau tidak lama tinggal kemudian pergi ke Desa Rajekwesi (Bojonegoro sekarang). Pada waktu itu Rajekwesi masih merupakan hutan dan di bawah pemerintahan Jipang Panolan. Setelah menetap 5 tahun lamanya di Rajekwesi, Pangeran Dalem mangkat dan dimakamkan di Desa Kadipaten terletak di sebelah timur Kota Bojonegoro.
Hingga kini makam tersebut masih ada, terkenal dengan nama makam Buyut Dalem. Pada waktu peperangan sedang berkobar, meriam pusaka Kyai Sidomurti yang ditempatkan di Desa Kepohdondong (Palang) hilang tak berbekas. Menurut E.J. Jasper, meriam tersebut asal hadiah dari Portugis atau dari Belanda dan jatuh di tangan Tentara Mataram. Setelah peperangan berakhir dengan kekalahan Tuban, Pangeran Pojok segera memberi laporan kepada Sri Sultan. Atas perintah Sri Sultan, Pangeran Pojok diizinkan menjadi bupati di Tuban.
Bupati ke XVIII
Pangeran Pojok memegang pemerintahan selama + 42 tahun. Pada Hari Gerebeg Maulud tahun Dal semua bupati di seluruh tanah Jawa datang ke Mataram untuk menghadap Sri Sultan. Demikian pula halnya dengan Bupati Pangeran Pojok. Tetapi ketika perjalanan beliau menuju Mataram sampai Blora, beliau mendadak sakit dan mangkat di situ juga. Jenazahnya dimakamkan di sebelah selatan alun-alun Blora. Pada waktu beliau mangkat para putra masih kecil, oleh karena itu tidak dapat menggantikan jadi bupati.
Bupati ke XIX
Penggantinya ialah Pangeran Anom adik Pangeran Pojok. Dan setelah Pangeran Anom memegang pemerintahan selama 12 tahun atas perintah Sri Sultan, Pangeran Anom diberhentikan dari jabatan. Di Kabupaten Tuban untuk sementara waktu, jabatan bupati ditiadakan dan hanya diberi perwakilan (Umbul) 4 orang yakni : 1. Wongsoprojo bertempat di Jenu, 2. Wongsohito bertempat di Gresik, 3. Wongsocokro di Kidulngardi, 4. Yudoputro bertempat di Singgahan.
Bupati ke XX
Selanjutnya yang jadi bupati ialah Pangeran Sujokopuro atau Yudonegoro dan kabupaten bertempat di Prunggahan Kulon (Kecamatan Semanding).
Bupati ke XXI
Untuk mengisi lowongan jabatan bupati di Tuban, setelah Yudonegoro, oleh Sri Sultan diangkat Arya Balabar atau Arya Blender asal dari Mataram. Dan pemerintahan Arya Blender, rumah kabupaten dipindahkan ke Kampung Kaibon yang terletak di sebelah selatan makam Kyai Kusen (Kota Tuban). Beliau mangkat setelah memerintah + 39 tahun, membuat masjid sebelah barat makam Sunan Bonang.
Bupati ke XXII
Pengganti Bupati Arya Balabar ialah Pangeran Sujonoputro, Bupati Japanan (Mojokerto). Pada masa pemerintahan bupati ini rumah kabupaten dipindahkan ke Desa Prunggahan (Semanding), pemerintahan beliau berlangsung selama 10 tahun, kemudian mangkat dan dimakamkan di Desa Boto.
Bupati ke XXIII
Yang menggantikan ialah Putra Pangeran Judonegoro. Beliau mangkat setelah memerintah 15 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Giri.
Bupati ke XXIV
Setelah Bupati Pangeran Yudonegoro mangkat, penggantinya adalah Raden Arya Surodiningrat, bupati dari Pekalongan. Pada masa pemerintahan Raden Arya Surodiningrat, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Arya Diposono dan dibantu oleh Kyai Mangunjoyo asal dari Madura. Bupati Arya Surodiningrat mangkat dalam peperangan melawan kaum pemberontak setelah memegang pemerintahan selama 12 tahun lamanya.
Bupati ke XXV
Setelah dapat mengalahkan Bupati Raden Arya Suryodiningrat, Raden Aryo Diposono menggantikan jadi bupati. Setelah 16 tahun lamanya beliau memerintah Kabupaten Tuban, terjadilah peperangan melawan orang Madura. Peperangan ini berlangsung di Desa Singkul atau Sedayu. Raden Aryo Diposono mangkat dalam peperangan ini. Jenazahnya dimakamkan di Desa Singkul juga.
Bupati ke XXVI
Kyai Reksonegoro Patih Tuban setelah itu menjadi bupati berganti nama Kyai Tumenggung Cokronegoro. Mangkat setelah memerintah selama 47 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Desa Dagangan (Kecamatan Parengan). Karena banyak berjasa kepada negara, Kyai Tumenggung Cokronegoro diberi pangkat kehormatan “Adipati”, Menurut J.E. Jasper tahun 1773 Gubernur van de Burgh mengusulkan pada Sultan Mataram supaya Bupati Tuban Mas Reksonegoro atau Mas Tumenggung Cokronegoro dipecat, karena pemerintahannya memberatkan penduduk dan tak dapat memenuhi tugasnya membayar upeti pada pemerintahan Belanda.
Bupati ke XXVII
Pengganti Adipati Cokronegoro ialah putranya yakni Kyai Purwonegoro. Ketika pemerintahan Bupati Purwonegoro ini berlangsung + 24 tahun, beliau sakit dan mengambil perlop atau cuti dan pergi ke Demak. Sakit beliau tidak berkurang, bahkan makin parah, akhirnya mangkat dan jenazahnya dimakamkan di Demak juga. Bupati Purwonegoro juga terkenal dengan sebutan Bupati Perlop, yakni asal dari kata “perlop” atau “cuti”.

Bupati ke XXVIII
Setelah Bupati Purwonegoro mangkat, penggantinya ialah Bupati Kyai Lieder Surodinegoro (Lieder = Ridder in de Orde van Oranje Nassau = nama bintang jasa). Pemerintahan Bupati Kyai Lieder Surodinegoro ini hanya berlangsung selama 3 tahun dan kemudian mangkat.
Bupati ke XXIX
Setelah Bupati Lieder Suryoadiwijoyo mangkat, diganti oleh putranya, yakni Raden Suryoadiwijoyo atau Raden Tumenggung Suryodinegoro. Pada masa pemerintahannya beliau memerintahkan memindah rumah kabupaten ke Kampung Gowah (Desa Sendangharjo Tuban). Pembuatan rumah kabupaten ini dapat diselesaikan pada tanggal 1 Juli 1814. Pemerintahan Bupati Raden Suryoadinegoro ini berlangsung selama 12 tahun dan berhenti.
Bupati ke XXX
Pengganti Bupati Raden Suryoadinegoro ini adalah Bupati Pangeran Citrasoma ke VI, asal Bupati Jepara atau nomor VI urutan dari Jepara. Pemerintahan Bupati Pangeran Citrasoma ke VI ha¬nya berlangsung selama 6 tahun, kemudian dipindahkan ke Lasem. Selama 3 tahun, terus dipindahkan lagi ke Jepara. Pembuatan ru¬mah kabupaten tahun 1821, yang menjadi tempat kediaman para bupati sampai sekarang.
Bupati ke XXXI
Pengganti Bupati Pangeran Citrasoma ke VI ini ialah Bupati Pangeran Citrasoma ke VII atau dihitung dari Tuban, Citrasoma II. Setelah memerintah selama 20 tahun mangkat.

Bupati ke XXXII
Pengganti Bupati Citrasoma ke VII ialah Bupati Pangeran Citrasoma ke VIII atau dari Tuban ke III. Memerintah selama 20 tahun, kemudian pensiun.
Bupati ke XXXII
Pengganti Bupati Pangeran Citrasoma ke VIII, ialah Bupati Raden Tumenggung Panji Citrasoma ke IX atau Tuban ke IV, setelah memerintah 22 tahun kemudian dipensiun.

Bupati ke XXXIV
Setelah Bupati Raden Tumenggung Citrasoma ke IX pensiun, diganti oleh Raden Mas Somobroto tahun 1892, setelah memerintah 4 bulan mangkat, jenazahnya dimakamkan di makam Astana Bonang.
Bupati ke XXXV
Setelah Raden Mas Tumenggung Somobroto mangkat diganti oleh menantunya ialah Raden Adipati Arya Kusumodigdo. Beliau mangkat setelah memerintah selama 16 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Astana Makampati Tuban (tahun 1893¬1911).
Bupati ke XXXVI
Pengganti Raden Adipati Arya Kusumodigdo kakaknya Raden Tumenggung Pringgowinoto asal Patih Rembang 1911-1919. Pada tahun 1920 di Tuban dimulai jalan Kereta Api NIS.
BUPATI KE XXXVII : R.AA. PRINGGODIGDO/KUSUMODININGRTA 1919-1927
BUPATI KE XXXVIII : R.M.A.A. KUSUMOBROTO 1927-1944
BUPATI KE XXXIX : R.T. SUDIMAN HADIATMODJO 1944-1946
BUPATI KE XL : R.H. Mustain 1946-1956
BUPATI KE XLI : R. Sundaru 1956-1958
BUPATI KE XLII : R. Istomo 1958-1960
BUPATI KE XLIII : M. Widagdo 1960-1968
BUPATI KE XLIV : R. Soeparmo 1968-1970 (p.d.) (Penyusun Catatan Sejarah Tuban)
BUPATI KE XLV : R. H. Irchamni 1970-1975
BUPATI KE XLVI : H. Moch. Masdoeki 1975-1980
BUPATI KE XLVII : Surati Moersam 1980 – 1985
BUPATI KE XLVIII : Drs. Djoewahiri Marto Prawiro 1985 – 1991
BUPATI KE XLIX : Drs. H. Sjoekoer Soetomo 1991-
BUPATI KE XLX : Hindarto 1996 – 2001
BUPATI KE XLXI : Dra. Haeny Relawati Rini Widiastuti, MSi 2001 – 2011
BUPATI KE XLXII : Drs. KH.FATHUL HUDA,M.M 2011- Sekarang.



Sumber :
•    Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
•    Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
•    Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKIS
•    Kidung Panji Wijayakrama
•    Kidung Sorandaka
•    Prasasti Penanggungan
•    Kidung Ronggolawe
•    Kitab Pararaton
•    Cerita masyarakat sekitar (orang-orang yang di tuakan )