Jumat, 21 Juni 2013

SEJARAH ASIA SELATAN "ZAMAN KEDATANGAN BANGSA EROPA DI INDIA" PERANG SIKH

ZAMAN KEDATANGAN BANGSA EROPA DI INDIA
13.       Perang Sikh yang Pertama (1845-1846)
            Pada permulaan abad yang lampau, Maharadja Ranjit Singh disegani oleh orang Inggris, sehingga mereka mengadakan perjanjian persahabatan supaya kaum Sikh jangan merasa terganggu. Akan tetapi setelah Ranjit Singh yang telah lama memerintah dengan bijaksana meninggal dunia, diantara kaum Sikh itu terjadi perselisihan tentang pergantiannya, lagi pula sebagian mereka ingin memperluas kerajaannya dan mengusir orang Inggris dari Punjab.
Setelah persediaan mereka selesai, tentara Sikh yang di bantu oleh bekas opsir-opsir Italia dan Perancis menyeberang Sungai Sutlaj yang merupakan daerah batasan pemerintahan Inggris di India, untuk melakukan penyerangan terhadap orang-orang Inggris. Dalam dua pertempuran yang hebat orang Inggris banyak yang terluka dan menderita kekalahan dan terpaksa Mundur, pada saat itu yang Memerintah Gubernur jendral Hardinge. Akan tetapi pada pertempuran yang ketiga kalinya Kaum Sikh dikalahkan oleh orang Inggris di dekat kota Sobraon dan terpaksa mereka menerima perjanjian di Lahore.
Perjanjian itu rupanya tidak begitu disetujui oleh pemerintah di London. Menurut pendapat kabinet lebih baik Punjab dijadikan saja daerah Inggris. Dengan tidak menunggu perintah dari London Ia mengadakan penghematan dan mengurangi tentara Inggris. Setelah itu ia terpaksa menarik diri dan kemudian digantikan oleh Lord Dalhousie (1848).

14.       Lord Dalhousie (1848-1856)
            Sementara itu Kaum Sikh tidak berhenti untuk mengadakan serangan pembalasan. Dua tahun sesudah kekalahan itu, perang dengan Kaum Sikh pecah lagi.

15.       Perang Sikh yang Kedua (1848-1849)
            Mula-mula seorang Raja bernama Mulraj dari negeri Multan disebelah barat Punjab berontak dan membunuh dua orang Inggris yang di utus kesana. Dalhousie berpendapat bahwa perang dengan Kaum Sikh harus terlebih dahulu diselesaikan selama-lamanya. Oleh sebab itu ia perintahkan kepada pemimpin besar tentara Inggris, Lord Gough mengadakan persediaan untuk menyerang Punjab dari dua Jurusan, disebelah selatan mulai dari Bombay dan Timur Laut dari Delhi.
Perang itu seperti seolah-olah dimulai dengan kekalahan Inggris. Baru dua bulan kemudian tentara Inggris dapat di atur kembali dan mulai menyerang.
Gubernur Jendral sendiri turut ikut serta dalam peperangan tersebut bersama stafnya pula, sebab merasa jikalau kalah sekali lagi tentu ia juga akan terpaksa meminta keluar. Akhirnya kota Gujarat benteng mereka yang kuat di rebut oleh tentara Inggris, kemudian Kota Peshawar, pusat pertahanan mereka . di tahun 1849 barulah perang Sikh berakhir. Oleh sebab Gubernur Jendral khawatir Kaum Sikh berontak jikalau kerajaan mereka tetap tinggal merdeka, maka daerah Pundjab yang hampir sama luasnya dengan tanag Inggris dijadikan jajahan di luar pengetahuan pemerintah di London.
Sesudah itu pemerintahan di atur oleh Inggris dengan kemauannya sendiri. Pegawai-pegawai Inggris yang cakap dalam pekerjaannya di kirim dan dipekerjakan di daerah-daerah India. Untuk menyenangkan hati orang Sikh, pemerintah Inggris mengeluarkan berjuta-juta Rupiah untuk pengairan, jalan kereta api dan pengajaran atau pendidikan.
Lord Dalhousie belum puas rupanya dengan mengambil Punjab saja, ia menaklukkan daerah-daerah lain dan terus menjalankan politik annexatie dan Imperialisme. Sesudah Punjab, Birmalah yang menunggu nasibnya.

15.       Perang Birma yang Kedua (1852)
Sebelumnya tadi telah kita cermati bahwa ditahun 1826 orang Inggris terpaksa mengakui kemerdekaan Kerajaan Birma. Akan tetapi mereka mempunyai hasrat untuk memperluas jajahannya di sebelah sana. Oleh sebbab perjanjian dengan Birma menurut tuduhan Inggris di langgar oleh negeri itu, maka pemerintahan India mengirim sebuah kapal ke Rangoon untuk meminta kerugian. Akan tetapi kapal tersebut tidak diterima Oleh Birma. Kejadian tersebut dianggap oleh Inggris bahwa Mereka menyatakan perang. Tentara yang kuat terus dikirim dari India. Orang Birma meninggalkan Rangoon. Pegu dan daerah pesisir sampai ke Malaka diambil oleh Inggris (1852). Akan tetapi, Birma masih belum tunduk, sehingga Inggris terpaksa memerangi bangsa tersebut sampa ketiga kalinya pada tahun 1885.
Lord Dalhousie masih belum puas dalam memenuhi hasrat Imperialisme. Ia terus menyebarluaskan daerah jajahannya di berbagai daerah. Dalam hal demikian tentulah banyak di antara keluarga raja-raja India yang menaruh dendam karena hak nenek moyangnya di perkosa, pendapatan dan hasil mereka dihapuskan atau diberikan kepada keluara-keluarga lain, dsb.
Dalam sejarah penjajahan Inggris di India belum pernah terjadi perampasan hak-hak raja dengan cara yang cerdik sebagai berlaku di waktu pemerintahan Lord Dalhousie. Inilah contoh kaum Imperialisme yang tulen. ^^
Gubernur Jendral yang berumur 35 tahun ketika di angkat. Beliau seorang yang bekerja keras siang dan malam, sampai kesehatannya terganggu. Pada umur 48 tahun beliau meninggal dunia.

16.       Pemberontakan Serdadu India (1857-1859)
            Lord Canning (1856-1859)
            Setelah Lord Dalhousie mangkat, ia digantikan oleh Lord Canning, yang akan memikul kesalahan pemerintahan yang lampau. Di tahun berikutnya terjadilah suatu peristiwa yang idak dapat dilupakan dalam sejarah penjajahan Inggris sebab hampir mendatangkan keruntuhannya di India, yaitu pemberontakan  prajurit-prajurit India (Indian Mutiny) ditahun 1857-1859.
Keadaan di India ketika Lord Dalhousie meninggalkan negeri itu amat buruk. Raja-raja di India dan pegawai-pegawai mereka tidak lagi berarti. Perubahan yang diadakan orang Inggris terlalu cepat dijalankan, lagi pula tidak mengindahkan adat istiadat dan agama Bangsa india. Rakyat India Gelisah, sebab merasa Inggris seakan-akan berkehendak mengganti kebudayaan Hindu dan Islam dengan kebudayaan barat. Tetapi yang tidak bersembunyi lagi bagi pemerintah Inggris ialah keadaan serdadu-serdadu India. Tentara itu bersatu dengan Rakyat, dan sama-sama menderita tekanan dan kemegahan tentara Inggris.
Kebencian kepada Inggris sudah meningkat ditahun 1857. Suasana amat keruh, orang menunggu saat letusan saja. Tiba-tiba pemimpin tentara Inggris menyuruh supaya ujung patron buatan baru dijilat dulu sebelum dimasukkan dalam senapang untuk membersihkan ujungnya dari semacam gemuk. Serdadu Hindu berkeberatan sebab menyangka gemuk itu minyak sapi yang dilarang oelh agama untuk memakannya. Serdadu Muslimin menyangka gemuk babi yang di larang oleh agama Islam juga. Serdadu-serdadu meminta agar keberatan mereka dipertimbangkan. Dari Inggris datang kabar bahwa gemuk yang dipergunakan dalam senjata itu betul dari minyak sapi. Marahnya orang Hindu setelah mendengar kabar itu tidak terbendung lagi.
Pada 10 Mei 1857 meletuslah pemberontakan yang ditunggu-tunggu itu. Di Meerut dekat Delhi, beberapa serdadu-serdadu yang melawan perintah dipenjarakan oleh opsir-opsirnya. Disana tanda-tanda pemberontakan sudah orang ketahui, tentara di kota itu juga terus mengangkat senjata dan membunuh penduduk Inggris yang diketemuinya. Kerajaan Moghul dihidupkan kembali dan Sultan Bahadur Shah yang selama itu Boneka pemerintah Inggris di angkat jadi Sultan Hindustan.
Sementara itu seorang pegawai kantor kawat Inggris dapat mengirim kabar dari Delhi ke seluruh India untuk memberitakan pemberontakan itu. Tetapi Delhi tetap diduduki mereka selama 5 bulan. Tentara Inggris dari Pundjab segera datang di bawah pimpinan Gubernur sendiri.
Keadaan di Pundjab mengherankan kaum pemberontak; Bangsa Sikh di sana tidak turut memberontak, malahan mereka memihak kepada Inggris dan menolong merebut Delhi kembali.
Pemberontakan makin bertambah luas, berpindah dar Delhi sampai di Lucknow, Cownpore, Rohilkand dan India Tengah. Tentara Inggris terpaksa memberi perlawanan dalam lima daerah yang mempunyai benteng-benteng tersebut, akan tetapi sudah lekas diduduki oleh serdadu-serdadu pemberontak.
Di Lucknow, Gubernur provinsi Oudh mati di bunuh. Tiga bulan lamanya serdadu dan orang preman Inggris terkepung di bentengitu, dan pada akhirnya mereka menyerah. Baru empat bulan kemudian kota itu dapat di rebut kembali.
Yang amat menyedihkan ialah keadaan di Cownpore. Benteng kota itudipertahankan oleh jendral yang sudah tua dan tidak mempunyai ikhtiar lagi. Benteng itu terpaksa menyerah dan kota Cownpore jatuh di tangan serdaduIndia. Sementara itu mereka mengangkat Nana Sahib menjadi raja. Is seorang keluarga Peshwa Maratha yang di pecat oleh pemerintah Inggris.
Di daerah Maratha pemberontakan itu menerbitkan perjuangan kebangsaan, jadi bukan kepentingan serdadu saja. Kerajaan Jhansi yang dikuasai oleh raja permaisuri menjadi pusat perlawanan. Nama raja itu ialah Ranee Lakhsmi Bai yang masih hidup dalam peringatan Bangsa India sampai sekarang ini.
Setelah pemberontakan berjalan setahun, barulah tentara Inggris berani menyerang Jhansi. Sementara itu Ranee Lakhsmi telah menduduki benteng Gwalior yang kuat sekali dan memusatkan pertahanan raja-raja yang bersekutu di sana. Empat bulan kemudian Ranee mati di medan perang.
Pemberontakan masih terus berjalan sampai tahun 1959. Di daerah provinsi Bombay dan Madras pemberontakan sama sekali tidak ada. Lagi pula untung bagi orang Inggris keadaan di Punjab tetap tinggal Tentram. Dan ada juga raja-raja yang membantu Inggris dengan tentaranya.
Peristiwa yang di sebut orang Inggris ...Indian Mutiny” amat besar pengaruhnya. Umum berpendapat bahwa keadaan di India harus berubah dengan selekas-lekasnya. Pemerintahan yang dikuasai oleh suatu konsi dagang seperti E.I.C, ternyata berlawanan dengan syarat-syarat pemerintahan biasa dan Hukum Internasional. Kongsi itu tidak dapat lagi bertanggung jawab atas keadaan dalam suatu negeri yang begitu luas seperti India. Ajal E.I.C sudah dekat pada hari permulaan pemberontakan serdadu itu, ialah pada 10 Mei 1857. Inggris tidak dapat menyangkal tuduhan dunia terhadap segala yang terjadi di India selama pemberontakan itu.
Pemerintah Inggris terpaksa mengambil tindakan yang radikal. Di thun 1858, ketika pemberontakan serdadu India masih berjalan, E.I.C. dibubarkan. Sejak tahun 1858 pemerintah di India dengan segala-galanya dipindahkan ketangan pemerintah kerajaan Inggris yaitu raja dan parlementer.
Peralihan pemerintahan itu diumumkan oleh raja permaisuri Victoria dalam amanat pada tahun 1858. Sebagai raja muda yang pertama diangkat Lord Canning yang sudah 2 tahun memegang jabatan itudi masa kongsi dagang E.I.C.
Tindakan pertama yang dilakukan ialah perubahan dalam susunan tentara India. Kedua, memperbaiki dan mengatur pelajaran. Ketiga, pemerintah berjanji tak akan menggangu atau menghapuskan kerajaan-kerajaan merdeka. Akan tetapi janji-janji itu tidak semua ditepati dengan tulus ikhlas.
                                                                                    
   
 



Tidak ada komentar: