ZAMAN KEDATANGAN BANGSA EROPA DI
INDIA
13. Perang
Sikh yang Pertama (1845-1846)
Pada permulaan abad yang lampau, Maharadja Ranjit Singh disegani oleh
orang Inggris, sehingga mereka mengadakan perjanjian persahabatan supaya kaum
Sikh jangan merasa terganggu. Akan tetapi setelah Ranjit Singh yang telah lama
memerintah dengan bijaksana meninggal dunia, diantara kaum Sikh itu terjadi
perselisihan tentang pergantiannya, lagi pula sebagian mereka ingin memperluas
kerajaannya dan mengusir orang Inggris dari Punjab.
Setelah
persediaan mereka selesai, tentara Sikh yang di bantu oleh bekas opsir-opsir
Italia dan Perancis menyeberang Sungai Sutlaj yang merupakan daerah batasan
pemerintahan Inggris di India, untuk melakukan penyerangan terhadap orang-orang
Inggris. Dalam dua pertempuran yang hebat orang Inggris banyak yang terluka dan
menderita kekalahan dan terpaksa Mundur, pada saat itu yang Memerintah Gubernur
jendral Hardinge. Akan tetapi pada pertempuran yang ketiga kalinya Kaum Sikh
dikalahkan oleh orang Inggris di dekat kota Sobraon dan terpaksa mereka
menerima perjanjian di Lahore.
Perjanjian
itu rupanya tidak begitu disetujui oleh pemerintah di London. Menurut pendapat
kabinet lebih baik Punjab dijadikan saja daerah Inggris. Dengan tidak menunggu
perintah dari London Ia mengadakan penghematan dan mengurangi tentara Inggris.
Setelah itu ia terpaksa menarik diri dan kemudian digantikan oleh Lord Dalhousie (1848).
14. Lord
Dalhousie (1848-1856)
Sementara itu Kaum Sikh tidak
berhenti untuk mengadakan serangan pembalasan. Dua tahun sesudah kekalahan itu,
perang dengan Kaum Sikh pecah lagi.
15. Perang
Sikh yang Kedua (1848-1849)
Mula-mula seorang Raja bernama Mulraj dari negeri Multan disebelah
barat Punjab berontak dan membunuh dua orang Inggris yang di utus kesana.
Dalhousie berpendapat bahwa perang dengan Kaum Sikh harus terlebih dahulu
diselesaikan selama-lamanya. Oleh sebab itu ia perintahkan kepada pemimpin
besar tentara Inggris, Lord Gough mengadakan persediaan untuk menyerang Punjab
dari dua Jurusan, disebelah selatan mulai dari Bombay dan Timur Laut dari
Delhi.
Perang
itu seperti seolah-olah dimulai dengan kekalahan Inggris. Baru dua bulan
kemudian tentara Inggris dapat di atur kembali dan mulai menyerang.
Gubernur
Jendral sendiri turut ikut serta dalam peperangan tersebut bersama stafnya
pula, sebab merasa jikalau kalah sekali lagi tentu ia juga akan terpaksa
meminta keluar. Akhirnya kota Gujarat benteng mereka yang kuat di rebut oleh
tentara Inggris, kemudian Kota Peshawar, pusat pertahanan mereka . di tahun
1849 barulah perang Sikh berakhir. Oleh sebab Gubernur Jendral khawatir Kaum
Sikh berontak jikalau kerajaan mereka tetap tinggal merdeka, maka daerah
Pundjab yang hampir sama luasnya dengan tanag Inggris dijadikan jajahan di luar
pengetahuan pemerintah di London.
Sesudah
itu pemerintahan di atur oleh Inggris dengan kemauannya sendiri.
Pegawai-pegawai Inggris yang cakap dalam pekerjaannya di kirim dan dipekerjakan
di daerah-daerah India. Untuk menyenangkan hati orang Sikh, pemerintah Inggris
mengeluarkan berjuta-juta Rupiah untuk pengairan, jalan kereta api dan
pengajaran atau pendidikan.
Lord
Dalhousie belum puas rupanya dengan mengambil Punjab saja, ia menaklukkan
daerah-daerah lain dan terus menjalankan politik annexatie dan Imperialisme.
Sesudah Punjab, Birmalah yang menunggu nasibnya.
15. Perang
Birma yang Kedua (1852)
Sebelumnya
tadi telah kita cermati bahwa ditahun 1826 orang Inggris terpaksa mengakui
kemerdekaan Kerajaan Birma. Akan tetapi mereka mempunyai hasrat untuk
memperluas jajahannya di sebelah sana. Oleh sebbab perjanjian dengan Birma
menurut tuduhan Inggris di langgar oleh negeri itu, maka pemerintahan India
mengirim sebuah kapal ke Rangoon untuk meminta kerugian. Akan tetapi kapal
tersebut tidak diterima Oleh Birma. Kejadian tersebut dianggap oleh Inggris
bahwa Mereka menyatakan perang. Tentara yang kuat terus dikirim dari India.
Orang Birma meninggalkan Rangoon. Pegu dan daerah pesisir sampai ke Malaka
diambil oleh Inggris (1852). Akan tetapi, Birma masih belum tunduk, sehingga
Inggris terpaksa memerangi bangsa tersebut sampa ketiga kalinya pada tahun
1885.
Lord
Dalhousie masih belum puas dalam memenuhi hasrat Imperialisme. Ia terus
menyebarluaskan daerah jajahannya di berbagai daerah. Dalam hal demikian
tentulah banyak di antara keluarga raja-raja India yang menaruh dendam karena
hak nenek moyangnya di perkosa, pendapatan dan hasil mereka dihapuskan atau
diberikan kepada keluara-keluarga lain, dsb.
Dalam
sejarah penjajahan Inggris di India belum pernah terjadi perampasan hak-hak
raja dengan cara yang cerdik sebagai berlaku di waktu pemerintahan Lord
Dalhousie. Inilah contoh kaum Imperialisme yang tulen. ^^
Gubernur
Jendral yang berumur 35 tahun ketika di angkat. Beliau seorang yang bekerja
keras siang dan malam, sampai kesehatannya terganggu. Pada umur 48 tahun beliau
meninggal dunia.
16. Pemberontakan
Serdadu India (1857-1859)
Lord
Canning (1856-1859)
Setelah Lord Dalhousie mangkat, ia
digantikan oleh Lord Canning, yang akan memikul kesalahan pemerintahan yang
lampau. Di tahun berikutnya terjadilah suatu peristiwa yang idak dapat
dilupakan dalam sejarah penjajahan Inggris sebab hampir mendatangkan
keruntuhannya di India, yaitu pemberontakan
prajurit-prajurit India (Indian Mutiny) ditahun 1857-1859.
Keadaan
di India ketika Lord Dalhousie meninggalkan negeri itu amat buruk. Raja-raja di
India dan pegawai-pegawai mereka tidak lagi berarti. Perubahan yang diadakan
orang Inggris terlalu cepat dijalankan, lagi pula tidak mengindahkan adat
istiadat dan agama Bangsa india. Rakyat India Gelisah, sebab merasa Inggris
seakan-akan berkehendak mengganti kebudayaan Hindu dan Islam dengan kebudayaan
barat. Tetapi yang tidak bersembunyi lagi bagi pemerintah Inggris ialah keadaan
serdadu-serdadu India. Tentara itu bersatu dengan Rakyat, dan sama-sama menderita
tekanan dan kemegahan tentara Inggris.
Kebencian
kepada Inggris sudah meningkat ditahun 1857. Suasana amat keruh, orang menunggu
saat letusan saja. Tiba-tiba pemimpin tentara Inggris menyuruh supaya ujung
patron buatan baru dijilat dulu sebelum dimasukkan dalam senapang untuk
membersihkan ujungnya dari semacam gemuk. Serdadu Hindu berkeberatan sebab
menyangka gemuk itu minyak sapi yang dilarang oelh agama untuk memakannya.
Serdadu Muslimin menyangka gemuk babi yang di larang oleh agama Islam juga.
Serdadu-serdadu meminta agar keberatan mereka dipertimbangkan. Dari Inggris
datang kabar bahwa gemuk yang dipergunakan dalam senjata itu betul dari minyak
sapi. Marahnya orang Hindu setelah mendengar kabar itu tidak terbendung lagi.
Pada
10 Mei 1857 meletuslah pemberontakan yang ditunggu-tunggu itu. Di Meerut dekat
Delhi, beberapa serdadu-serdadu yang melawan perintah dipenjarakan oleh
opsir-opsirnya. Disana tanda-tanda pemberontakan sudah orang ketahui, tentara
di kota itu juga terus mengangkat senjata dan membunuh penduduk Inggris yang
diketemuinya. Kerajaan Moghul dihidupkan kembali dan Sultan Bahadur Shah yang
selama itu Boneka pemerintah Inggris di angkat jadi Sultan Hindustan.
Sementara
itu seorang pegawai kantor kawat Inggris dapat mengirim kabar dari Delhi ke
seluruh India untuk memberitakan pemberontakan itu. Tetapi Delhi tetap diduduki
mereka selama 5 bulan. Tentara Inggris dari Pundjab segera datang di bawah
pimpinan Gubernur sendiri.
Keadaan
di Pundjab mengherankan kaum pemberontak; Bangsa Sikh di sana tidak turut
memberontak, malahan mereka memihak kepada Inggris dan menolong merebut Delhi
kembali.
Pemberontakan
makin bertambah luas, berpindah dar Delhi sampai di Lucknow, Cownpore,
Rohilkand dan India Tengah. Tentara Inggris terpaksa memberi perlawanan dalam
lima daerah yang mempunyai benteng-benteng tersebut, akan tetapi sudah lekas
diduduki oleh serdadu-serdadu pemberontak.
Di
Lucknow, Gubernur provinsi Oudh mati di bunuh. Tiga bulan lamanya serdadu dan
orang preman Inggris terkepung di bentengitu, dan pada akhirnya mereka
menyerah. Baru empat bulan kemudian kota itu dapat di rebut kembali.
Yang
amat menyedihkan ialah keadaan di Cownpore. Benteng kota itudipertahankan oleh
jendral yang sudah tua dan tidak mempunyai ikhtiar lagi. Benteng itu terpaksa
menyerah dan kota Cownpore jatuh di tangan serdaduIndia. Sementara itu mereka
mengangkat Nana Sahib menjadi raja.
Is seorang keluarga Peshwa Maratha yang di pecat oleh pemerintah Inggris.
Di
daerah Maratha pemberontakan itu menerbitkan perjuangan kebangsaan, jadi bukan
kepentingan serdadu saja. Kerajaan Jhansi yang dikuasai oleh raja permaisuri
menjadi pusat perlawanan. Nama raja itu ialah Ranee Lakhsmi Bai yang masih hidup dalam peringatan Bangsa India
sampai sekarang ini.
Setelah
pemberontakan berjalan setahun, barulah tentara Inggris berani menyerang
Jhansi. Sementara itu Ranee Lakhsmi telah menduduki benteng Gwalior yang kuat
sekali dan memusatkan pertahanan raja-raja yang bersekutu di sana. Empat bulan
kemudian Ranee mati di medan perang.
Pemberontakan
masih terus berjalan sampai tahun 1959. Di daerah provinsi Bombay dan Madras
pemberontakan sama sekali tidak ada. Lagi pula untung bagi orang Inggris
keadaan di Punjab tetap tinggal Tentram. Dan ada juga raja-raja yang membantu
Inggris dengan tentaranya.
Peristiwa
yang di sebut orang Inggris ...Indian
Mutiny” amat besar pengaruhnya. Umum berpendapat bahwa keadaan di India
harus berubah dengan selekas-lekasnya. Pemerintahan yang dikuasai oleh suatu
konsi dagang seperti E.I.C, ternyata berlawanan dengan syarat-syarat
pemerintahan biasa dan Hukum Internasional. Kongsi itu tidak dapat lagi
bertanggung jawab atas keadaan dalam suatu negeri yang begitu luas seperti
India. Ajal E.I.C sudah dekat pada hari permulaan pemberontakan serdadu itu,
ialah pada 10 Mei 1857. Inggris tidak dapat menyangkal tuduhan dunia terhadap
segala yang terjadi di India selama pemberontakan itu.
Pemerintah
Inggris terpaksa mengambil tindakan yang radikal. Di thun 1858, ketika
pemberontakan serdadu India masih berjalan, E.I.C. dibubarkan. Sejak tahun 1858
pemerintah di India dengan segala-galanya dipindahkan ketangan pemerintah
kerajaan Inggris yaitu raja dan parlementer.
Peralihan
pemerintahan itu diumumkan oleh raja permaisuri Victoria dalam amanat pada
tahun 1858. Sebagai raja muda yang pertama diangkat Lord Canning yang sudah 2
tahun memegang jabatan itudi masa kongsi dagang E.I.C.
Tindakan
pertama yang dilakukan ialah perubahan dalam susunan tentara India. Kedua,
memperbaiki dan mengatur pelajaran. Ketiga, pemerintah berjanji tak akan menggangu
atau menghapuskan kerajaan-kerajaan merdeka. Akan tetapi janji-janji itu tidak
semua ditepati dengan tulus ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar